Berbekal Ilmu Pengetahuan, Muhammadiyah Launching Pusat Diklat Kebencanaan
Pembukaan simposium nasional dan launching Pusat Diklat Kebencanaan di Universitas Muhammadiyah Malang.
UM Surabaya

Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) selenggarakan Simposium Nasional Kebencanaan 2024 pada Rabu (16/10/2024) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Selain simposium, dalam acara ini juga dilakukan launching pusat pendidikan dan pelatihan kebencanaan bidang kesehatan yang dikelola oleh LRB atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.

Ketua LRB atau MDMC Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Budi Setiawan menyampaikan, ilmu pengetahuan memegang peran sentral dalam kebencanaan. Baik itu pra, tanggap bencana, sampai dengan recovery.

 “Semuanya merupakan satu proses ilmu pengetahuan karena Allah memberi petunjuk kepada manusia,” ungkapnya.

 Terkait dengan kesehatan, Budi menceritakan, bahwa kesehatan adalah embrio awal terbentuknya LRB atau MDMC. Yaitu pada 2007 ketika Gempa Padang, relawan Muhammadiyah yang diberangkatkan mayoritas adalah berkeahlian di bidang kesehatan.

 Belajar dari kejadian Gempa Padang itu, Muhammadiyah kemudian merumuskan gerakan penolong kebencanaan. Gerakan ini tidak hanya untuk merespon ketika terjadi bencana, tapi juga menyiapkan bekal bagi masyarakat untuk menghadapi bencana.

 “Pada tahun 2022, Muktamar Solo mengubah nomenklatur menjadi Lembaga Resiliensi Bencana dengan maksud, kalau kita semua tangguh dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman, maka bencana yang sering diartikan sebagai suatu yang menakutkan, bisa kita jadikan sebagai suatu kejadian alam yang jadi pembelajaran,” ungkapnya.

 Melalui penguatan ilmu pengetahuan, secara sadar manusia akan dapat mengurangi risiko ketika terjadi bencana atau situasi kedaruratan. Langkah sederhana yang dapat dilakukan ada tidak panik ketika terjadi bencana atau situasi kedaruratan.

Oleh karena itu dibutuhkan sinergi dengan institusi pendidikan, termasuk dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA).

Sementara itu, Rektor UMM, Nazaruddin Malik menyampaikan harapan dari kegiatan ini dapat melahirkan pemahaman dan gagasan untuk memperkecil kerugian.

 Sebagai Guru Besar Bidang Manajemen, Prof. Nazaruddin Malik menyampaikan, risiko kerugian baik yang disebabkan oleh alam maupun kelalaian manusia perlu diukur. Sehingga dapat menentukan tindakan pengurangan risiko sesuai kapabilitas yang dimiliki.

 “Dan yang paling penting nampaknya adalah mengurangi, mereduksi, memitigasi resikonya. Bahkan di bidang saya itu bisa diprediksi secara finansial,” katanya.

 Sadar akan potensi bencana yang bisa datang kapan saja, UMM sejak 2003 telah mengcover seluruh gedungnya dengan asuransi. Kesadaran ini diharapkan Nazaruddin Malik juga dimiliki oleh seluruh PTMA yang ada. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini