Merangkul Ketidaksempurnaan, Kunci Syukur dan Kebahagiaan
foto: muslimfriends
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Berusaha keras mengejar kesempurnaan hanya akan membawa kegelisahan. Hati akan selalu merasa kurang, sulit untuk bersyukur.

Ketika sudah mencapai apa yang diinginkan, akan ada lagi target baru yang diincar, dan kepuasan menjadi semakin jauh. Namun, sebenarnya kesempurnaan bukanlah jalan menuju kebahagiaan.

Yang lebih penting adalah menerima dan bersyukur atas segala kekurangan kita dengan hati yang lapang.

Terimalah diri kita apa adanya, dan bersyukurlah karena telah bertahan sejauh ini, terutama ketika ujian hidup datang. Allah Azza wa Jalla berfirman:

مَاۤ أَصَابَ مِن مُّصِیبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن یُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ یَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣱ

“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS At-Taghabun:11)

Kesempurnaan dan ketidaksempurnaan sejatinya adalah ilusi yang kita ciptakan sendiri. Bersyukur dan menerima diri kita sepenuhnya adalah kunci untuk menenangkan hati.

Kita harus menyadari bahwa mengejar kesempurnaan justru seringkali menjauhkan kita dari esensi kemanusiaan kita.

Ketidaksempurnaan adalah guru terbaik, yang mengajarkan kita untuk saling melengkapi dengan orang lain.

Dengan menyadari bahwa kita tak sempurna, kita belajar menghargai orang-orang di sekitar kita yang turut membantu kita menjadi versi terbaik dari diri kita.

Melalui ketidaksempurnaan, kita menjadi manusia yang lebih utuh, lebih bijak, dan lebih paripurna.

Adakalanya, demi mengejar kesempurnaan, kita kehilangan banyak hal berharga: teman, keluarga, bahkan pencapaian yang sudah kita raih.

Sempurna itu baik, tetapi lebih penting lagi adalah berusaha terus menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.

Menyadari ketidaksempurnaan hidup mengajarkan kita untuk terus berproses menjadi lebih baik.

Sebaliknya, terlalu sibuk mengejar kesempurnaan hanya akan mengurangi rasa syukur kita sebagai manusia yang pada dasarnya memang tidak akan pernah sempurna.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُّوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.” (QS As-Sajdah: 9)

Sungguh, betapa sedikit dari kita yang bersyukur. Bahkan ketika kita dikaruniai anggota tubuh yang sempurna, kesehatan yang memungkinkan kita untuk beraktivitas, dan rezeki yang melimpah, kita masih sering lupa bersyukur. Padahal, nikmat itu begitu nyata dalam kehidupan kita.

Seperti yang diingatkan Allah dalam Surat Ar-Rahman, nikmat yang telah Dia berikan kepada kita begitu banyak, namun kita seringkali lalai. Allah Azza wa Jalla berfirman:

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman : 77)

Keadaan apa pun yang kita hadapi, baik senang maupun susah, hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah. Ketika nikmat terasa hilang atau saat kita mengalami kesulitan, hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْئَرُونَ

“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” (QS An-Nahl: 53)

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS An-Nahl:18)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengingatkan kita tentang pentingnya bersyukur atas dua nikmat yang sering kali terlupakan, yaitu kesehatan dan waktu luang:

“Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu padanya adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR Bukhari, No. 5933)

Betapa sering kita mengeluh, padahal Allah telah memberikan kita nikmat yang begitu besar.

Kita lupa bahwa ketidaksempurnaan pada diri kita adalah bentuk ujian dari Allah Azza wa Jalla untuk mengukur sejauh mana kita bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk terus bersyukur dan memperbaiki diri setiap hari. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini