Gelas retak
UM Surabaya

*)Oleh: Syahrul Ramadhan, SH, MKn
Sekretaris LBH AP PDM Lumajang

Perumpamaan kiasan sering kali digunakan dalam Al-Qur’an untuk menyampaikan pesan dan pelajaran yang mendalam bagi umat manusia. Salah satu perumpamaan yang dapat kita renungkan adalah tentang “gelas retak.” Ibarat sebuah gelas yang retak, makna ini merujuk pada hati manusia yang mulai terkikis oleh keraguan, dosa, atau kesombongan, sehingga sulit menerima cahaya kebenaran. Refleksi ini dapat dikaitkan dengan QS. Al-Baqarah ayat 7 dan QS. Muhammad ayat 16, yang menggambarkan kondisi hati yang tertutup dari petunjuk Allah.

  1. Al-Baqarah ayat 7: Hati yang Terkunci

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 7:

“Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”

Ayat ini menggambarkan bahwa ada golongan manusia yang hatinya tertutup rapat oleh Allah karena ketidakmauan mereka untuk menerima kebenaran. Seperti gelas yang retak, hati mereka sudah tidak lagi mampu menyimpan dan menampung hidayah yang datang. Meski ilmu, nasihat, dan petunjuk terus diberikan, semuanya hanya akan mengalir keluar tanpa dapat menetap di dalam hati mereka. Keterbukaan hati adalah syarat mutlak untuk menerima petunjuk, dan ketika hati itu telah tertutup atau retak, maka cahaya kebenaran akan sulit untuk meresap.

Perumpamaan gelas retak ini mengingatkan kita bahwa hati yang tidak dijaga dengan baik dari dosa-dosa dan sikap sombong bisa mengeras dan retak. Retakan itu membuat hati tak lagi mampu menyerap kebenaran. Kerapuhan hati tersebut adalah konsekuensi dari penolakan terus-menerus terhadap nasihat dan peringatan yang datang.

  1. Muhammad ayat 16: Sikap Acuh Terhadap Petunjuk

Di QS. Muhammad ayat 16, Allah SWT menyebutkan tentang sikap orang-orang yang tidak mau merenungi kebenaran, bahkan setelah mendengarnya:

“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu (Muhammad), tetapi apabila mereka keluar dari sisimu, mereka berkata kepada orang-orang yang diberi ilmu (sahabat Nabi): ‘Apakah yang dikatakannya tadi?’ Mereka itulah orang-orang yang Allah mengunci mati hati mereka dan mengikuti hawa nafsu mereka.”

Ayat ini menggambarkan golongan orang-orang yang mendengarkan nasihat, tetapi hati mereka tidak terpengaruh sedikit pun oleh petunjuk yang disampaikan. Seperti gelas yang retak, mereka hanya mampu mendengar kata-kata tanpa memahaminya, seolah-olah hati mereka tak mampu menampung atau menyerap maknanya. Ketika seseorang sudah terjebak dalam mengikuti hawa nafsunya dan mengabaikan petunjuk Allah, maka hatinya menjadi tertutup rapat, tidak ada ruang untuk renungan dan introspeksi diri.

Kiasan ini mencerminkan bahwa meskipun nasihat atau pengajaran disampaikan dengan jelas dan gamblang, bila hati tidak terbuka dan sudah rusak, maka semua itu tidak akan berbekas. Gelas yang retak tidak mampu lagi menyimpan air; begitu pula hati yang terkunci tidak mampu lagi menyimpan petunjuk dan hidayah.

Belajar dari Gelas Retak: Membuka Kembali Hati untuk Kebenaran

Perumpamaan gelas retak mengajarkan kita untuk selalu menjaga hati agar tetap lapang dan mampu menerima kebenaran. Salah satu cara untuk menghindari hati menjadi keras atau retak adalah dengan terus introspeksi diri, memperbanyak istighfar, dan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan pengajian. Hati yang bersih ibarat gelas yang utuh dan bening, yang siap menampung setiap tetes hidayah dari Allah.

Sebaliknya, jika kita membiarkan hati kita retak, maka seperti halnya air yang mengalir keluar dari gelas retak, hidayah yang datang tidak akan menetap di dalam hati kita. Kita akan menjadi acuh, kehilangan rasa takut kepada Allah, dan terjerumus dalam kesombongan. Oleh karena itu, menjaga hati agar tetap utuh dan tidak retak adalah kunci untuk senantiasa berada di jalan yang benar.

Refleksi dari QS. Al-Baqarah ayat 7 dan QS. Muhammad ayat 16 mengingatkan kita untuk selalu waspada terhadap kondisi hati kita. Hati yang bersih dan terbuka dapat menerima dan menyimpan petunjuk, sedangkan hati yang tertutup akan seperti gelas yang retak—tak lagi mampu menyerap kebenaran. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk menjaga hati kita tetap utuh, sehingga petunjuk dan hidayah dari Allah dapat terus mengalir ke dalam diri kita. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini