Haedar Nashir Mengingatkan agar Agama Tidak Jadi ‘Sangkar Besi’
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir.
UM Surabaya

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan bahwa pemahaman agama yang sempit bisa menjadi penghalang bagi orang untuk mendekatkan diri kepada agama.

“Pendidikan yang diberikan oleh Muhammadiyah harus mampu menanamkan nilai-nilai yang kokoh, tanpa membatasi pemahaman agama itu sendiri. Kita tidak ingin agama menjadi ‘sangkar besi’ yang menjauhkan orang dari keyakinan,” ungkap Haedar pada acara Rapat Senat Terbuka Universitas Siber Muhammadiyah, Senin (29/10/2024).

Dalam konteks masyarakat yang semakin sekular, Haedar Nashir menegaskan pentingnya mempertahankan nilai-nilai agama.

Menurutnya, meskipun banyak orang beralih dari keyakinan agama, kebutuhan manusia akan Tuhan tetap ada. Ia mencatat bahwa banyak yang mencari bentuk spiritualitas baru yang tidak terikat pada pandangan keagamaan tradisional yang dianggap dangkal atau konservatif.

Haedar menjelaskan bahwa sekularisme telah mengakibatkan banyak orang, terutama di Barat, menjauh dari agama. Tokoh-tokoh besar Barat, imbuhnya, awalnya adalah seorang yang taat beragama, kemudian mengingkarinya karena agama yang mereka yakini menjadi begitu ‘menakutkan’ bagi gagasan pembaruan.

Ia merujuk pada tokoh-tokoh besar dalam sejarah, seperti Max Weber dan Émile Durkheim, termasuk juga Karl Marx awalnya mereka penganut agama yang taat, namun berubah disebabkan kejumudan agama yang mereka anut.

Dalam konteks ini, Haedar mengingatkan bahwa pemahaman agama yang sempit bisa menjadi penghalang bagi orang untuk mendekatkan diri kepada agama.

Lebih lanjut, Haedar menekankan bahwa meskipun teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), berkembang pesat, manusia memiliki kelebihan dalam hal kreativitas dan berpikir kritis yang tidak dimiliki oleh mesin.

Guru Besar Ilmu Sosiologi ini mengajak para mahasiswa untuk terus mengasah potensi kecerdasan mereka, tidak hanya dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam memperkuat akal dan kalbu sebagai anugerah Tuhan.

“Kerja-kerja pendidikan harus mendorong kita untuk berpikir kritis dan inovatif. Kita perlu menggunakan teknologi AI, tetapi juga harus ingat untuk terus mengasah otak dan kemampuan kita,” tambahnya.

Haedar Nashir berharap, melalui pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Islam Berkemajuan, Muhammadiyah dapat menciptakan generasi yang cerdas dan mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan esensi spiritualitas. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini