Menjadi Umat Bertauhid yang Berkarakter
foto: istock
UM Surabaya

*) Oleh: Adi Hamid Fuadi,
Staf Pengajar Agama dan AIK Universitas Muhammadiyah Gombong

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِيْرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ

يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ

قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

اللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينْ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسِانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

Jamaah Ibadah Jum’ah Rakhimakumullah,

Dalam Risalah Islam Berkemajuan, karakteristik pertama yang ditekankan adalah mabni ‘ala tauhid (berlandaskan tauhid).

Tauhid merupakan inti ajaran Islam yang membedakan kita dari agama lain. Tauhid ini adalah fondasi yang mendorong kita untuk berbuat baik dan benar sesuai tuntunan Islam. Apa saja konsekuensi dari tauhid?

Pertama, konsekuensi bagi orang yang bertauhid adalah wajib (kifayah) baginya melaksanakan amar makruf nahi mungkar karena ia hanya takut kepada Allah SWT (QS. At-Taubah: 18).

Orang yang bertauhid hendaknya menjadi khoiro ummat, yang senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar, sebagaimana disebutkan dalam QS. Ali-Imran: 110. Rasulullah saw juga menegaskan dalam HR. Muslim:

“Barang siapa di antara kamu melihat suatu kemungkaran, maka hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan ucapannya. Jika tidak mampu juga, maka ubahlah dengan hatinya, namun itulah selemah-lemahnya iman.”

Jamaah Ibadah Jum’ah Rakhimakumullah,

Kedua, konsekuensi tauhid juga meniadakan Thaghut. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 256:

لَآ إِكۡرَاهَ فِي ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَيِّۚ فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Tauhid yang kuat melahirkan pribadi yang penuh optimisme dalam menghadapi kehidupan.

Jamaah Ibadah Jum’ah Rakhimakumullah,

Ketiga, konsekuensi tauhid juga mengharuskan adanya deklarasi tauhid. Selain dua kalimat syahadat yang kita ucapkan dalam tasyahud salat, deklarasi tauhid juga ditegaskan dalam QS. Al-An’am ayat 162:

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Ayat ini mengingatkan kita untuk menjaga kemurnian niat, senantiasa ikhlas dalam beramal semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini