Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat, Ia Kurniati, mengajak para mubalig dan mubaligat untuk memperkuat kapabilitas berdakwah, terutama di tengah pesatnya perubahan sosial.
“Menjadi seorang mubalig atau mubaligat bukan hanya tentang menyampaikan pesan kepada orang lain, tetapi juga kepada diri sendiri,” tegas Ia Kurniati dalam acara yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom dan disiarkan langsung di YouTube, Rabu (30/10/2024)
Ia menekankan pentingnya kepribadian yang tangguh dan keterampilan dalam dakwah.
Ditambahkannya, tanggung jawab seorang penyampai dakwah mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari perilaku hingga tutur kata, yang menjadi cerminan dakwah itu sendiri.
“Seorang mubalig harus memiliki kepribadian yang kuat. Jika ia tidak menunjukkan ketangguhan, siapa yang akan mengikutinya?” lanjutnya.
Ia juga menyoroti bahwa dakwah tidak terbatas pada mereka yang memiliki latar belakang akademis agama. “Berkeahlian bukan hanya milik mereka yang bergelar. Setiap orang bisa berkontribusi, dan Gerakan Subuh Mengaji ini adalah upaya untuk membimbing kita semua dalam menyampaikan ilmu,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Ia Kurniati mengungkapkan kekhawatirannya terhadap perubahan nilai dan norma di masyarakat. Ia menyoroti perubahan mindset generasi muda dan orang tua dalam menghargai pendidikan, yang dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial, terutama antara guru dan murid.
“Sekarang kita melihat, murid sering menolak teguran, dan orang tua kadang tidak mendukung peran guru. Ini adalah tantangan yang memerlukan kesadaran dari semua pihak untuk menjaga norma dan nilai kita,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ia Kurniati menekankan pentingnya mubalig dan mubaligat untuk tetap tangkas dan responsif terhadap perubahan.
“Kita dituntut untuk cepat tanggap. Tanggung jawab ini bukan hanya milik MDMC dalam menangani bencana, tetapi juga mubalig harus responsif,” jelas Ia.
Ia mengingatkan bahwa pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, telah memberikan contoh ketanggapan dengan memprakarsai perubahan arah kiblat dan mendirikan organisasi pendidikan serta kesehatan yang tetap relevan hingga hari ini.
Di akhir, Ia Kurniati menekankan pentingnya ketahanan mental bagi mubalig dalam menghadapi tantangan dakwah. Ia mengajak para mubalig untuk mengembangkan sikap fleksibel dan resilien, yakni kemampuan untuk bangkit setelah mengalami kesulitan.
“Dakwah saat ini bukan seperti dulu yang satu arah. Kita harus bisa menarik perhatian, terutama anak-anak muda yang tidak lagi mau sekadar mendengarkan,” katanya.
Ia juga mengapresiasi kontribusi Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Muhammadiyah dalam memfasilitasi masjid sebagai ruang yang nyaman bagi masyarakat dan generasi muda untuk mendapatkan inspirasi. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News