*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Hati yang keras sulit untuk menerima kebenaran, sementara kebenaran hanya akan diterima oleh hati yang lembut.
Al-Qur’an merupakan cahaya yang akan melembutkan hati sehingga mendorong berbuat kebaikan. Salah satu ciri kelembutan hati, ketika menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk.
Sebaliknya hati yang keras sulit dimasuki dan bahwa cenderung menolak ketika mendapatkan informasi kebenaran yang berbasis Al-Qur’an.
Konteks inilah yang menjelaskan mengapa terjadi penolakan terhadap dakwah kebenaran yang berlandaskan pada Al-Qur’an.
Ketika terjadi penolakan terhadap Al-Qur’an, maka muncul berbagai kemaksiatan, mulai dari kebiasaan berbohong, hidup hedonis dengan memamerkan kekayaan, hingga berani melakukan politisasi hukum.
Perintah Tunduk
Salah satu tolok ukur hati yang lembut, perilaku yang tunduk dan patuh pada aturan yangtelah disepakati. Hati yang lembut ini akan mengarahkan perilaku yang senantiasa berbuat baik.
Al-Qur’an mengingatkan kepada kaum muslimin untuk senantiasa merenungkan petunjuk yang tertera dalam Al-Qur’an, dan tidak mudah berpaling darinya.
Berpalingnya hati dari petunjuk Al-Qur’an akan menjadikan hati keras. Ketika hati keras itulah sulit untuk menerima petunjuk, dan mudah berpeluang besar untuk menolak arahan yang datang dari Kalamullah.
Al-Qur’an mensinyalir hati yang keras membatu itu pernah dialami kaum terdahulu. Mereka mendapatkan petunjuk tetapi membiarkan dan melalaikannya dalam waktu yang cukup Panjang.
Akibat melalaikan itulah membuat hatinya keras sehingga dengan mudah melakukan kemaksiatan. Hal ini dinarasikan dengan oleh Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡ ۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Ĥadīd : 16)
Kerasnya hati itu membuatkan mereka lalai berbuat baik. Mereka justru mudah berkata bohong, menipu, mencuri hingga berani melakukan pembunuhan. Mereka telah terjerumus cinta dunia hingga melupakan akherat.
Fenomena ini mendorong mereka untuk berbuat kemaksiatan secara tersembunyi maupun terbuka.