*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Keluarga adalah harta yang tak ternilai, tempat kita berbagi suka dan duka, saling menguatkan, dan menyemai cinta bersama.
Mereka adalah bagian terpenting dalam hidup kita—dari orang tua, pasangan tercinta, hingga anak-anak dan saudara.
Perasaan sayang yang mendalam kepada keluarga mendorong kita untuk selalu menginginkan kebaikan bagi mereka.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan bahwa iman seseorang tidak sempurna hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.
Beliau bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari)
Menginginkan kebaikan untuk keluarga berarti membawa mereka lebih dekat kepada Allah, memimpin mereka di jalan yang diridai-Nya, dan mengajak menuju kebahagiaan abadi di surga.
Surga adalah cita-cita tertinggi, tempat berkumpul kembali dalam keabadian bersama keluarga tercinta, melihat wajah Allah Ta’ala yang mulia dan jauh dari siksa neraka.
Dakwah dalam keluarga adalah kewajiban. Menjaga keluarga dari kekeringan iman, menguatkan tauhid, dan membentuk akhlak yang mulia adalah prioritas utama. Jangan sampai keluarga kita jauh dari agama, hingga terpisah di akhirat nanti.
Sebagai pemimpin keluarga, khususnya para ayah dan suami, tanggung jawab ini ada di pundak mereka. Allah Ta’ala telah memerintahkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: 6)
Mari kita terus menjaga, mencintai, dan membimbing keluarga agar senantiasa berada di jalan-Nya. Sebab keluarga adalah warisan tak ternilai yang harus kita pelihara untuk kebersamaan yang abadi. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News