Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir membuka acara Leadership Training, Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) Angkatan X, Senin (18/11/2024) malam di Student Dormitory Ballroom, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam amanatnya, Haedar Nashir menyampaikan beberapa poin. Pertama, menekankan bahwa para pemimpin universitas itu ibaratkan sebagai ‘kepala’ atau orang yang memimpin. Dalam teori yang disampaikannya, Haedar menyebut terdapat beberapa tipe leader atau pemimpin yaitu solidarity maker dimana ia mengibaratkan orang tersebut seperti Bung Karno dan yang kedua adalah administrative leader dimana ia mengibaratkan kepribadian tersebut seperti Bung Hatta.
“Jadi dalam konsep Hebert Feith tentang kepemimpinan di Indonesia terbagi menjadi 2 yaitu Solidarity Maker yang diibaratkan seperti Bung Karno yang selalu bicara tentang gagasan-gagasan besar, memotivasi dan membakar semangat para anggotanya. Lalu, yang kedua ada administrative Leader seperti Bung Hatta dimana pemimpin tipe tersebut dapat memimpin dengan sistem management dan administrative yang bagus,” jelasnya.
Baca juga: Efektifitas Promosi, Marketing dan Reputasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah
Selanjutnya, Haedar menekankan tentang bagaimana PTMA dapat merancang pembangunan kedepan. Maka dari itu Haedar menyebut dua hal ini penting untuk ditingkatkan agar pembangunan PTMA kedepan berjalan dengan baik dan lancar.
“Kita membawa PTMA itu untuk kedepan. Maka dari itu, perlu sebuah perancangan dan perencanaan yang strategis agar nanti yang melanjutkan lebih mudah. Maka dari itu, agar kita dapat merancang pembangunan kedepan dengan lancar maka terdapat 2 hal penting yang harus ditingkatkan yaitu tentang kemampuan manajerial yang bersifat operasional dan manajerial yang bersifat strategis,” ujar Haedar.
Lalu, hal yang tidak kalah penting tentang Muhammadiyah dalam membangun amal usahanya (dalam hal ini adalah PTMA) adalah tentang spirit pandangan keislaman dimana Islam tidak hanya menyangkut urusan ubudiyah, aqidah dan akhlak. Namun, Islam juga menyangkut urusan muamallah duniawiyah yang harus dikelola dengan baik.
“Dulu gagasan tentang universitas unggul di Muhammadiyah itu ditertawakan. Tapi pada akhirnya dapat terwujud dan kita sekarang sudah punya 167 PTMA. Tentu hal tersebut tidak terlepas dari spirit pandangan keislaman dimana islam tidak hanya menyangkut urusan ubudiyah, urusan aqidah, dan urusan akhlak. Namun, Islam juga menyangkut urusan muamallah duniawiyah yang harus dikelola dengan baik,” jelas Haedar.
Yang terakhir, Haedar menerangkan bahwa jika kita bersungguh-sungguh untuk berusaha dan membuat kebermanfaatan didalam kehidupan ini, niscaya Tuhan akan selalu mencintai, memberkahi dan menolong kita. Hal tersebut tentunya berkaitan dalam kepemimpinan dan pengelolaan PTMA dalam tujuan membangun dan membentuk kualitas SDM yang unggul.
“Kita harus percaya akan janji Allah, Tuhan tak pernah ingkar janji, dan bersungguh-sungguhlah. Kelola PTMA kita dengan bersungguh-sungguh. Ketika bersungguh-sungguh, pasti Tuhan akan membukakan pintu. Tunjukan bahwa kita ini layak dicintai Tuhan, layak ditolong Tuhan, dan layak diberkahi Tuhan. Maka kembali lagi, kuncinya adalah tentang kesungguhan kita. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat bersungguh-sungguh, mengagendakan perubahan dan memproyeksikan masa depan,” tutupnya. (bhisma)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News