*)Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Tiap insan berbeda-beda ujiannya.
Ada yang Allah uji dengan sakit ia mampu, tapi ia kalah dan lemah dari ujian karir pekerjaannya.
Ada yang Allah uji dengan kekurangan harta ia mampu, tapi ia kalah dan lemah dari ujian lisannya.
Ada yang Allah uji dengan musibah dan bencana ia mampu, tapi ia kalah dan lemah dari ujian nafsu syahwatnya.
Ada yang Allah uji dengan karir dan jabatannya ia mampu, tapi ia kalah dan lemah dari ujian rumah tangganya.
Begitulah seterusnya!
Ujian demi ujian akan selalu ada selama manusia itu hidup akan terus diuji.
Maka jangan pernah merasa diri telah beriman, jika kita belum lulus diuji, sebagaimana hal ini Allah berfirman,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS Al-Ankabut:2-3)
Banyak orang merasa cukup ketika menyatakan diri sebagai mukmin, lalu ia biasa-biasa menjalani kehidupan dan merasuki telah menjadi orang yang beriman, seolah pengakuan iman tidak mengandung konsekuensi bagi pelakunya.
Padahal pengakuan iman itu masih harus dibuktikan dalam bentuk sikap dan tindakan ketika menghadapi ujian dan cobaan.
Ayat di atas memberitakan keniscayaan adanya ujian bagi pengakuan iman setiap orang untuk membuktikan kebenarannya, dan Allah Maha Mengetahui orang yang benar-benar beriman dan mana yang dusta.
Semoga Allah terus memberikan hidayah dan taufiqnya kepada kita semua untuk tetap istiqamah.
Semoga bermanfaat.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News