Lebih Berat Dari Musim Dingin
UM Surabaya

*)Oleh: Usama Nabhan Asshidiqy
Mahasiswa Al Azhar Mesir asal Sidoarjo

Bulan-bulan ini, negeri-negeri subtropik di belahan utara dunia sedang merasakan suhu terendahnya. Bagi yang pernah mengalaminya, pasti tahu betapa beratnya aktivitas sehari-hari di tengah dinginnya musim ini. Musim dingin, berbeda dengan musim hujan di tanah air kita, yang penuh dengan keberkahan dan syahdu. Musim ini bukan hanya membawa suhu rendah, tetapi juga tantangan yang terasa begitu berat.

Dinginnya air di musim ini begitu menusuk, bahkan untuk sekadar berwudu, hingga menuntut kesabaran lebih. Angin yang berhembus bukan lagi angin sepoi-sepoi, melainkan angin kering yang kasar, yang bisa menggesek kulit hingga menyebabkan kulit bersisik, bahkan lecet atau berdarah—terutama bagi ekspatriat yang baru datang atau belum terbiasa dengan kondisi tersebut.

Nabi kita pun pernah merasakan beratnya musim dingin yang mungkin jauh lebih ektrem dibandingkan yang kita alami hari ini. Selain itu, ada satu beban yang jauh lebih berat, yaitu mengemban wahyu dari Allah.

Wahyu itu sendiri sudah merupakan beban yang sangat berat, sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Muzzammil [73]: 5). Bayangkan, wahyu yang turun di musim dingin, suatu kondisi yang sangat menantang.

Aisyah r.a., istri Nabi yang selalu mendampingi beliau, pernah menceritakan betapa beratnya keadaan Nabi ketika wahyu turun, terutama di hari yang sangat dingin. Dalam sebuah riwayat, ia menyatakan:

وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ فَيَفْصِمُ عَنْهُ، وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا. [رواه البخاري]

“Aku pernah melihat wahyu turun kepada Nabi di hari yang sangat dingin, beliau terdiam, dan keringat bercucuran deras dari dahinya.” [HR. Al-Bukhari]

Pernahkah terbayang, aktivitas atau peristiwa berat seperti apa yang bisa membuat seseorang terdiam dan berkeringat begitu banyak di tengah musim dingin yang menusuk?

Dalam riwayat lain, Aisyah juga menggambarkan betapa banyaknya keringat yang bercucuran dari wajah Nabi:

حتى انه ليتحدر منة مثل الجمان من العرق في اليوم الشات من ثقل القول الذي أنزل عليه. رواه مسلم

“Sampai-sampai keringat beliau mengalir seperti butir-butir mutiara di hari yang sangat dingin, karena beratnya wahyu yang turun padanya.” [HR. Muslim]

Cucuran keringat yang bagaikan mutiara itu, bagaimana rasanya? Apa yang bisa menggambarkan betapa beratnya sebuah tugas yang menyebabkan keringat mengucur deras bahkan di tengah musim dingin yang teramat dingin? Rasakan saja lelahnya berkeringat di musim panas, betapa lebih berat lagi rasanya jika itu terjadi di musim dingin.

Itulah gambaran tentang betapa besar dan beratnya beban yang harus dipikul oleh Nabi kita, Muhammad SAW. Sebuah beban yang tidak hanya berupa wahyu yang turun, tetapi juga amanah untuk menyampaikannya kepada umat. Meskipun begitu, menerima, mempelajari, dan memperjuangkan wahyu ini adalah sebuah kemuliaan yang luar biasa. Namun, kita juga harus sadar bahwa itu memang sebuah perjuangan berat.

Jika di musim dingin ini, atau di musim-musim lainnya, kita merasa harus berusaha lebih keras, bahkan hingga berkeringat atau lebih dari itu, maka itu adalah bagian dari perjuangan kita. Sebagaimana Nabi kita dahulu yang mengemban wahyu dalam kondisi yang jauh lebih berat, kita pun harus siap menerima tantangan. Memang, perjuangan ini berat—tapi inilah jalan menuju kemuliaan.

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini