*)Oleh: Zainal Arifin, S.Pd
Anggota KMM Kabupaten Sampang
Abu Bakar Ash-Shidiq merupakan sahabat Nabi pertama yang memiliki nama lengkap Abdul Ka’bah bin Abu Quhafah Utsman, setelah memeluk Islam namanya diganti menjadi Abdullah. Beliau digelari Abu Bakar karena tergolong orang pertama dan terdahulu dalam memeluk Islam dari kalangan pria dewasa.
Dia bergegas (bakr) kepada Islam ketika diajak memasukinya tanpa ada keraguan sedikit pun. Nabi saw, bersabda, “Aku tidak pernah menawarkan Islam kepada seorang pun kecuali dia pasti ragu-ragu terlebih dahulu, kecuali Abu Bakar, karena dia tidak pernah meragukanku sedikit pun dengan perkataannya”.
Julukan As Shiddiq, karena beliaulah yang senantiasa membenarkan Nabi saw, seperti ucapannya yang paling terkenal ketika membenarkan peristiwa Isra Mikraj. “Kalau saja Muhammad pergi lebih jauh daripada itu niscaya aku membenarkannya”.
Tawaduknya Sahabat Abu Bakar A Shiddiq
Suatu ketika sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra meminta kepada Nabi Muhammad SAW agar diajarkan sebuah doa yang dapat ia baca ketika di dalam salat.
Doa ini diriwayatkan At-Tirmidzi. “Ajarilah aku sebuah doa yang dapat aku baca di dalam salatku,” pinta Abu Bakar kepada Rasulullah SAW. Beliau menjawab:
اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. رواه الترمذي.
Artinya: Ya Allah sungguh aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak. Dan Engkaulah yang dapat mengampuni dosa-dosa, maka berikanlah untukku ampunan dari Mu, dan kasihanilah aku. Sungguh Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.” (HR At-Tirmidzi).
Doa yang diajarkan Nabi SAW kepada Abu Bakar tersebut dibaca setelah membaca bacaan tasyahud akhir dan sebelum salam.
Doa tersebut begitu jelas menggambarkan mulianya akhlak beliau. Kemuliaan dan kuatnya iman dan amal Abu Bakar tidak melahirkan ujub, ghurur apalagi sombong, justru melahirkan ketawadhu’an dan kerendahan hati.
Beliau merasa banyak kekurangan dalam mentaati Allah dan kedhaliman yang dilakukan. Beliau begitu sadar bahwa sesempurna apapun ibadahnya takkan mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang deras diterimanya.
Jika Abu Bakar yang begitu kuat imannya, begitu agung kebaikannya, jasadnya dimakamkan bersanding dengan jasad Rasulullah, bahkan diantara sahabat yang dijamin surga oleh Rasulullah masih istikamah berdoa seperti itu, bagaimana dengan kita yang aroma surga saja belum tentu bisa kita nikmati? Yang kedholiman menjadi kebiasaan kita setiap hari? Sungguh layak kita meneladani ketawadhu’an dan Doa Sahabat Abu Bakar tersebut.
Yakinlah, Rahmat Allah mengalahkan kemurkaanNya
Rasulullah brrsabda,
إِنَّ رَحْمَتِى تَغْلِبُ غَضَبِى
“Rahmat Allah mengalahkan murka-Nya”.
Ini adalah berita gembira bagi kita hamba yang penuh dosa agar tidak berputus asa dari rahmat Allah. Rahmat Allah begitu luas bagi pelaku dosa yang dapat kita ambil dari nama Allah Al ‘Afwu (Maha Pemaaf) dan Al Ghofur (Maha Pengampun). Jadi janganlah berputus asa dan segeralah bertaubat.
Hadirkan Ketawadukan dalam hati agar ampunan dan RahmatNya menyertai Diri.
Wallohu A’lam bish Showab.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News