Personal Branding sebagai Kunci Sukses Dakwah dan Kehidupan
Syamsul Ma'arif menjadi narasumber Akademi Mubaligh Muhammadiyah di Ponorogo. fotoL fauzan)
UM Surabaya

Personal branding menjadi elemen penting dalam kesuksesan seorang dai maupun profesional di berbagai bidang.

Hal itu ditegaskan Dr. Syamsul Ma’arif, Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, saat menjadi narasumber Akademi Mubligh Muhammadyah yang diselenggarakan di Kampus Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO), pada Ahad (8/12/2024)

Syamsul menyebutkan bahwa personal branding telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui karakteristik FAST (Fathanah, Amanah, Shiddiq, Tabligh).

“Melalui FAST, Nabi Muhammad membangun kepercayaan dari komunitas kecil hingga masyarakat yang lebih luas. Ini adalah pelajaran penting bagi para dai masa kini,” ujarnya.

Menurut Syamsul, seorang dai perlu memiliki kemampuan, kepribadian, dan karakteristik yang khas.

Modal dasar seperti hafalan Al-Qur’an, jaringan komunitas, serta retorika yang memukau adalah elemen penting dalam membangun citra diri.

“Contohnya, Ustaz Maulana dengan sapaan khasnya ‘Ya, Jamaah!’ atau Ustaz Adi Hidayat yang dikenal karena hafalan Al-Qur’annya dan hadiah-hadiah inspiratif,” jelasnya.

Ia menambahkan, gaya dakwah yang khas dapat menarik perhatian khalayak tertentu.

“Ada dai yang berbicara dengan gaya akademis sehingga audiensnya terbatas, sementara ada pula yang menggunakan bahasa sederhana dan santai untuk menjangkau kalangan bawah,” ungkapnya.

Syamsul juga menyoroti peran media sosial dalam mempercepat penyebaran personal branding. Contoh seperti Aa Gym yang memiliki pendekatan unik dalam menyampaikan pesan akhlak adalah bukti bahwa gaya dakwah yang khas dapat viral dan dikenal luas.

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Syamsul juga berbagi perjalanan hidupnya yang penuh inspirasi. Lahir dari keluarga petani sederhana, ia pernah merasakan hidup serba kekurangan.

“Saya pernah sekolah dengan sepeda kebo, bahkan hampir kehilangan nyawa saat bekerja mengantar roti,” kenangnya.

Ketimpangan sosial dalam keluarga besar, seperti pamannya yang mampu naik haji sementara saudaranya kesulitan makan, memotivasinya untuk mengubah nasib.

Dengan berjualan roti hingga buku, ia akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 di Universitas Airlangga dengan predikat cumlaude.

“Saya percaya, jika orientasi hidup kita adalah akhirat, maka dunia akan mengejar kita,” tegas Dr. Syamsul. Kini, ia tak hanya menjadi dosen di Universitas Airlangga, tetapi juga seorang pengusaha sukses yang selalu berusaha bermanfaat bagi orang lain.

Syamsul menutup pesannya dengan mengingatkan pentingnya spirit akhirat dalam setiap langkah hidup.

“Kesuksesan bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa memberi manfaat dan inspirasi bagi banyak orang,” tandasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini