Kisah Sedekah Sembunyi-sembunyi
foto: pngtree.
UM Surabaya

*)Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri

Ada seorang yang mengumpulkan hartanya yang banyak untuk bersedekah sembunyi-sembunyi. Ia kumpulkan uang sampai berjumlah sekian ribu dinar dalam setahun. Sesudah uangnya terkumpul, ia pergi keluar rumah pada malam hari.

Dilihatnya ada seorang wanita tidur di jalanan, “Wah, ini orang susah,” begitu kira-kira ia berpikir. Dan, sambil menutup wajahnya, agar tidak diketahui, ia memberikan bungkusan uang itu dan lari, supaya tidak diketahui.

Pada Pagi harinya di kampung itu ribut, ada seorang pelacur mendapatkan bungkusan uang yang diberikan oleh orang tak dikenal, maka orang itu pun berguman, “Subhanallah!! Salah beri, aku kira dia wanita susah, ternyata pelacur. Ya Rabb, setahun kukumpulkan uang untuk dapat pahala sedekah yang sembunyi-sembunyi, ternyata uangku hanya untuk pelacur.” Tapi ia tidak putus asa. Dikumpulkannya lagi sekian ribu dinar.

Kali ini ia tidak mau tertipu. Pada suatu malam, kembali ia beraksi. Dilihatnya seorang laki-laki yang sedang duduk diam di suatu tempat yang gelap. “Ini pasti orang yang susah,” gumannya. Dilemparkannya bungkusan uang sedekah itu, lalu ia bergegas lari.

Pada pagi harinya terdengan kabar menggemparkan. Si laki-laki yang dikenal sebagai pencuri mendapatkan sebungkus uang. Malam itu ia tengah menyusun strategi sendirian untuk mencuri. Nyatanya , belum sempat melakukan aksinya, malah ia mendapatkan uang dengan jumlah yang amat besar.

“Ya Rabb, dua tahun aku bekerja khusus untuk memberi nafkah orang yang susah dengan sembunyi-sembunyi. tahun lalu dapat seorang pelacur, Eh.. tahun ini seorang pencuri.”

Namun ia tetap tak putus asa. Ia kumpulkan lagi uang sedekah sampai setahun berikutnya. “Ya Rabb, ini yang terakhir. Kalau sedekah ini masih saja tidak tertuju kepada mustahiq, selesailah, Ya Rabb. Aku tidak mampu lagi.”

Pada waktu yang telah dipersiapkannya, kembali ia melaksanakan niat baiknya untuk yang ketiga kalinya. Malam itu ia melihat orang tua tengah tertatih-tatih. “Wah, ini orang yang pasti berhak atas sedekahku, malam-malam begini orang tua ini jalan malam-malam dengan tongkat. Pasti dia orang susah,” katanya dalam hati. Dilemparkan uang itu, seraya berkata, ”Ini untukmu.” Dan ia pun pergi dengan cepat sambil menutupi wajahnya.

Pagi harinya terjadi kegemparan lagi, seperti tahun-tahun sebelumnya. Orang tua renta yang dikenal paling kaya dan paling kikir di kampung itu mendapat uang ”kaget” semalam.

Mendengar kabar itu, si pelaku yang bersedekah sembunyi-sembunyi ini berkata “Ya Rabb, yang pertama pelacur, yang kedua pencuri, dan yang ketiga orang tua paling kaya dan paling kikir di kampungnya. Ya Rabb, apa arti perbuatanku ini?” Ia pun memilih diam, seraya mengikhlaskan apa yang telah dilakukannya.

Waktu berjalan, hingga 20 tahun kemudian Allah Ta’ala membuka rahasia perbuatan orang tersebut, dengan tersampaikannya kabar kepadanya tentang dua orang bersaudara yang menjadi ulama besar.

Murid keduanya mencapai puluhan ribu orang, dan si pelaku sedekah puluhan tahun yang lalu itu termasuk orang yang mengaji dengan kedua ulama adik-kakak itu. Ternyata, dua ulama bersaudara itu adalah anak seorang pelacur yang dulu ia beri sedekah secara sembunyi-sembunyi itu.

Si perempuan ini melacur untuk menafkahi anaknya. Ketika mendapatkan sedekah kagetan itu, ia bertaubat dan menjadikan harta dadakan itu untuk menyekolahkan kedua anaknya hingga menjadi alim dan menjadi ulama besar.

Air mata si pelaku sedekah pun mengalir. Ternyata yang diberikannya puluhan tahun yang lalu, Allah jadikan balasan yang berlipat ganda dengan lahirnya dua ulama saleh bersaudara yang diikuti oleh puluhan ribu orang yang belajar kepada keduanya. Inilah balasan keikhlasan seseorang.

Tidak lama kemudian ia dengar lagi ada seorang wali saleh wafat, yang diantar jenazahnya oleh ribuan orang. Siapa wali yang saleh itu? Ternyata waliyullah itu dulunya adalah pencuri yang mendapatkan sedekah sembunyi-sembunyinya.

Ketika hendak mencuri ia berdoa kepada Allah ”Ya Rabb, beri aku keluhuran, kalau aku dapat rezeki malam ini aku akan taubat.” Tatkala ada yang melemparinya bungkusan uang itu, segeralah ia bertaubat sesuai dengan janjinya.

Ia memperbaiki diri dari segala kesalahan yang diperbuatnya, beribadah dengan setekun-tekunnya, beristikamah dengan ucapan dan tindakannya, hingga Allah Ta’ala mengangkatnya menjadi orang yang saleh.

Si Fulan yang bersedekah itu amat terharu, dan ia berdoa. “Ya Rabb, tinggal yang ketiga, bagaimana dengan orang tua yang paling kaya dan paling kikir di kampung kami ini?”

Ternyata ia mendengar kabar, orang itu telah wafat. Semenjak kejadian sedekah kaget itu dan sebelum wafatnya, si kikir tua itu pindah ke kampung lain dan berwasiat untuk memberikan seluruh hartanya bagi baitul maal dan penyantunan para anak yatim. Itu dilakukan oleh si orang tua yang kikir, setelah ia merasa malu dan merenung bahwa, kepada dia yang kaya dan kikir, kok masih ada yang menyedekahinya.

Semoga kita termasuk orang yang mendapatkan hidayah Allah Ta’ala.

Barakallahu fiikum

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini