Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia, Abdul Mu’ti, menghadiri Tabligh Akbar di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fattah, Sidoarjo. Dalam sambutannya, Abdul Mu’ti menyampaikan rasa terima kasih kepada para ulama atas doa dan dukungan yang telah diberikan, yang menurutnya turut berkontribusi dalam perjalanan kariernya hingga menjabat sebagai menteri di pemerintahan saat ini.
Abdul Mu’ti lantas menyampaikan peran penting pesantren dalam sistem Pendidikan di Indonesia.
“Pesantren merupakan satuan pendidikan yang memiliki peran penting dalam memajukan bangsa. Di dalamnya terdapat proses pembelajaran yang sangat kompleks dan mencakup berbagai aspek,” ujar Abdul Mu’ti.
Dalam rangka mencetak generasi emas, Abdul Mu’ti menyebutkan tiga pokok dasar yang harus menjadi perhatian dalam dunia pendidikan:
Pendidikan dalam Keluarga Keluarga memegang peran penting dalam mencetak generasi penerus bangsa. Abdul Mu’ti menekankan pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga agar dapat mencegah terjadinya degradasi kualitas generasi muda.
Mengutip Surat At-Tahrim ayat 6:
يَـلَّا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Dari ayat tersebut, jelas bahwa keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan moral generasi muda.
Pendidikan dalam Masyarakat Abdul Mu’ti menyoroti pentingnya pengaruh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial dalam masyarakat dapat membentuk kepribadian seseorang. Oleh karena itu, lingkungan masyarakat harus mendukung pembentukan karakter positif.
Penguatan Lembaga Pendidikan, Terutama Formal Penguatan lembaga pendidikan formal juga menjadi poin penting. Lembaga pendidikan adalah tempat bertemunya siswa dari berbagai latar belakang (meeting point) yang kemudian berproses bersama hingga mampu membentuk identitas masing-masing (melting point). Proses ini, menurutnya, membutuhkan bimbingan dari para guru agar berjalan optimal.
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa komunikasi antara orang tua, masyarakat, dan guru harus selaras untuk menciptakan generasi yang lebih baik. Pesantren, kata dia, merupakan tempat aktualisasi diri dan pembentukan kepribadian anak karena mencakup ketiga aspek tersebut.
Pada sesi akhir, Abdul Mu’ti juga mengingatkan peran media sebagai salah satu pusat pendidikan di era digital. Ia mencatat bahwa 75% masyarakat Indonesia telah terhubung dengan media, termasuk media sosial, yang memiliki dampak besar terhadap psikologi anak.
“Media sosial saat ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Kita tidak bisa menghindarinya, tetapi kita bisa mengarahkan penggunaannya secara bijak,” ujar Abdul Mu’ti.
Ia menutup dengan ajakan untuk menggabungkan sistem pendidikan tradisional yang masih relevan dengan teknologi modern untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik.
“Mari kita bersama-sama membangun sistem tradisional yang baik dan mengintegrasikannya dengan teknologi modern,” tutup Abdul Mu’ti. (bayu firdaus)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News