Membangun Harapan Perdamaian Palestina dan Masa Depan Gaza
foto: humas lazismu
UM Surabaya

Satu tahun berlalu sejak konflik bersenjata antara Israel dan Palestina kembali memanas, menyisakan luka mendalam bagi warga Palestina.

Berdasarkan laporan United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), setidaknya 42.718 warga Palestina telah tewas, sementara 100.282 lainnya dilaporkan terluka menurut data United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA).

Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan rincian kematian hingga 20 Oktober 2024, mencakup 13.319 anak-anak, 7.216 perempuan, 3.447 lansia, dan 16.735 laki-laki.

Di antara korban anak-anak, 786 di antaranya berusia di bawah satu tahun. Selain itu, sebanyak 35.055 anak Palestina kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat konflik ini.

Di tengah tragedi tersebut, Muhammadiyah dan Lazismu mengambil peran aktif melalui berbagai program kemanusiaan, termasuk penyaluran bantuan dan pemberdayaan masyarakat.

Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Ahmad Imam Mujadid Rais mengatakan kegiatan Peace Building and Multiculture Dialogue yang diselenggarakan oleh Lazismu dan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKI) PP Muhammadiyah, serta Withneess, bertujuan memperkuat dialog lintas budaya dan membangun perdamaian global dalam bingkai Prospect of Palestine Peacebuilding Program and the Future of Gaza.

Rangkaian kegiatan ini sebetulnya berlangsung dari 11 – 18 Desember 2024 di UMY dan UAD (Yogyakarta), UMS (Surakarta) dan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta. Agenda khusus Lazismu pada hari ini, 16 Desember akan menjadi momen strategis untuk menyampaikan kontribusi nyata dalam mendukung masyarakat Palestina.

“Tujuan paparan publik ini yang dilanjutkan dengan dialog multikultural untuk meningkatkan transparansi program bantuan Palestina, mempromosikan solidaritas global dan memperkuat kolaborasi antara Lazismu, delegasi Palestina, perwakilan Organisasi Kerjasama Islam (OIC), dan mitra global lainnya,” ungkap Mujadid Rais.

Di samping itu, lanjut Mujadid Rais, Lazismu akan memaparkan capaian program Lazismu dalam mendukung masyarakat Palestina serta memperkuat komitmen Lazismu terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian global.

Sementara itu, Sekretaris LHKI PP Muhammadiyah, Yayah Khisbiyah mengatakan, LHKI berusaha untuk fokus pada keberlangsungan program pemberdayaan yang didukung Lazismu, di samping ada bantuan kemanusiaan lainnya. Para pemuda dan pemudi ini mendapatkan bantuan berupa peningkatan kapasitas.

“Bersama komunitas lokal secara komprehensif mengeksplorasi program-program pemberdayaan seperti peternakan, petarnian dan program pemberdayaan lainnya yang terhubung dengan Witness Center sebagai mitra kolaborasi” ungkapnya.

Yayah mengungkapkan jauh sebelum peritiwa 07 Oktober 2023, LHKI dan Lazismu telah merencanakan program di Palestina yang pada akhirnya tertunda karena alasan keamanan.

“Kami mengembangkan program berbasis dialog multikultural yang mengedepankan kemanusiaan dan nir-kekerasan sehinga tujuan program ini adalah mempromosikan bina damai dengan pendekatan inklusif yang melibatkan mitra strategis,” ujarnya.

Ketua PP Muhammadiyah, Syafiq A. Mughni, mengungkapkan bahwa Muhammadiyah bersama mitra internasional telah menginisiasi Peacebuilding Lab sejak Juni 2024.

Program ini bertujuan membina generasi muda Palestina melalui konseling trauma, pelatihan kepemimpinan, dan diplomasi tanpa kekerasan.

“Kami ingin memberikan harapan kepada para pemuda Palestina agar bangkit dan menatap masa depan dengan optimisme,” jelas Syafiq.

Selain itu, Lazismu juga berkolaborasi dengan lembaga internasional seperti Witness Center, IESCO, dan organisasi lainnya.

Witness Center berperan sebagai mitra strategis untuk pemberdayaan generasi muda Palestina melalui advokasi, literasi media, dan pelatihan kepemimpinan.

Kayed al-Meary, perwakilan dari Witness Center, menegaskan bahwa inisiatif ini bertujuan memperkuat harga diri dan solidaritas generasi muda Palestina di tengah upaya pendudukan Israel.

“Kami berupaya membangun kohesi sosial di Palestina dengan memberdayakan anak muda untuk menjadi pemimpin perubahan. Ini bukan sekadar tentang ekonomi atau politik, tetapi soal menjaga identitas dan martabat bangsa Palestina,” ujar Kayed.

Sementara itu, Al-Houcine Rhazoui dari Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) memuji peran Muhammadiyah dalam mempromosikan nilai-nilai perdamaian melalui pendekatan inklusif.

Menurutnya, program kolaboratif ini membawa harapan baru bagi Palestina. “Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, memiliki peran penting dalam menyuarakan pembebasan Palestina,” ujarnya.

Seminar ini juga menghadirkan tokoh-tokoh penting, termasuk Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Alshun.

Diskusi tersebut menegaskan pentingnya kolaborasi global untuk mendukung kemanusiaan di Palestina melalui pemberdayaan generasi muda dan solidaritas lintas budaya.

Melalui program strategis ini, Muhammadiyah dan Lazismu berharap dapat meningkatkan kontribusi mereka di kancah internasional, baik dalam aksi kemanusiaan maupun dalam membangun perdamaian global yang berkelanjutan. (humas lazismu)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini