Tren sociopreneur di Indonesia terus berkembang, dengan kontribusi sebesar 1,91 persen terhadap PDB nasional, mayoritas digerakkan oleh generasi milenial dan Z.
Dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan kerusakan ekosistem, sociopreneur memiliki peran krusial untuk mendorong aksi nyata dalam pelestarian lingkungan.
Eco-Sociopreneur Academy (ESA) hadir sebagai wadah pembelajaran untuk mencetak pelaku ekonomi muda yang bertanggung jawab secara sosial dan ekologis.
Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah Hening Parlan menekankan pentingnya menjaga lingkungan dalam acara ESA yang diadakan di Bandung, pada Ahad (22/12/2024).
Ia menyatakan bahwa agama memiliki peran signifikan dalam mencegah krisis iklim. Menurutnya, kerusakan lingkungan yang semakin parah disebabkan oleh keserakahan manusia, sehingga solusi terbaik adalah kembali ke nilai-nilai spiritual dan keyakinan.
“Agama harus menyuarakan pentingnya mencegah krisis iklim serta menjaga harmoni antara manusia dan alam. Jika hubungan ini rusak, maka hubungan manusia dengan Tuhan juga akan terganggu,” ujar Hening.
Ia juga menambahkan bahwa tujuan utama seorang sociopreneur bukanlah mengejar kekayaan semata, melainkan menghilangkan ego demi membantu alam dan sesama, sebagai bagian dari konsep Jihad Al Maun.
Ketua Yayasan Islam Cinta Indonesia, Eddy Aqdhiwijaya, menjelaskan bahwa ESA merupakan hasil kolaborasi berbagai organisasi yang bertujuan mendukung kewirausahaan ramah lingkungan.
“Program ini diikuti oleh 100 pemuda berusia 15-35 tahun yang tertarik pada kewirausahaan, pembangunan sosial, dan lingkungan. Para peserta menjalani seleksi ketat dan mendapatkan program pendampingan intensif,” ungkapnya.
Workshop utama ESA berlangsung pada 22 Desember 2024 di Aula Kampus Daekin & Lancaster University Indonesia, dengan bimbingan mentor-mentor berpengalaman seperti Irfan Amali, Hening Parlan, dan Arto Biantoro.
Para mentor menekankan nilai kemanusiaan, ekologi, dan strategi bisnis untuk menciptakan dampak sosial serta lingkungan yang berkelanjutan.
Para peserta mengapresiasi program ESA karena memperluas wawasan mereka dalam kewirausahaan dan memperkuat jejaring untuk memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat.
Sebanyak 20 peserta terbaik akan melanjutkan program coaching dan mentoring yang membahas kewirausahaan sosial, perencanaan bisnis, dan branding hingga Januari 2025.
Pendampingan ini meliputi sesi coaching bertema Peace Partnership, lingkungan hidup, dan kewirausahaan sosial pada 11 Januari 2025; sesi perencanaan bisnis dan pengembangan produk pada 14 Januari 2025; serta sesi branding dan pemasaran pada 18 Januari 2025. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News