Pembangunan Gedung Muktamar sebagai Wujud Kolaborasi dengan Masyarakat
Haedar Nashir meghadiri peletakan batu pertama pembangunan UMSU Tower. foto: ist
UM Surabaya

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menjelaskan bahwa pembangunan Gedung Sportorium Berkemajuan dan Sport Hall Walidah sebagai tempat pelaksanaan Muktamar ke-49 memiliki manfaat yang melampaui kepentingan Muhammadiyah.

Sebagai gerakan Islam yang berorientasi sosial, Muhammadiyah selalu menjalin kedekatan dengan masyarakat di sekitarnya.

Organisasi ini hidup berdampingan dengan berbagai elemen masyarakat tanpa diskriminasi.

Karena itu, pelaksanaan Muktamar 49 di Sumatra Utara dirancang agar tetap menyatu dengan masyarakat. Muhammadiyah, sebagai bagian integral dari bangsa, selalu terbuka untuk bekerja sama dengan siapa saja.

“Kita perlu terus memperkuat pergerakan kita, baik melalui amal usaha maupun dakwah langsung di masyarakat, agar menjadi kekuatan yang mencerminkan semangat gerakan pencerahan, seperti yang digagas dalam Muktamar 2010,” ungkap Haedar, pada Sabtu (21/12/2024).

Sebagai gerakan pencerahan, Muhammadiyah bertujuan membebaskan masyarakat dari berbagai belenggu. Konsep kebebasan ini mencakup upaya menciptakan masyarakat yang ber-Tuhan Yang Maha Esa, dengan visi umat muslim yang bertauhid.

“Di tengah dinamika perubahan zaman, Muhammadiyah dan ’Aisyiyah harus menjadi pelita peradaban yang mencerahkan, berakar pada nilai-nilai keberislaman dan keberagamaan yang autentik,” tambahnya.

Kemajuan yang dikehendaki Muhammadiyah berbeda dengan model kemajuan bangsa lain. Organisasi ini menginginkan peradaban yang modern namun tetap dilandasi nilai-nilai agama.

Gerakan mencerahkan ini juga bertujuan mengatasi berbagai persoalan sosial, seperti kemiskinan, stunting, dan kondisi yang melemahkan daya juang masyarakat.

Salah satu ciri utama dari proses pencerahan adalah pemberdayaan masyarakat. Muhammadiyah tidak hanya memberikan bantuan sementara, tetapi juga mengupayakan pemberdayaan melalui pendidikan, kesehatan, relasi sosial yang harmonis, serta peningkatan kesejahteraan.

“Muhammadiyah bukan sekadar memberikan ikan, tetapi juga memberikan kail agar masyarakat dapat mandiri,” tegasnya.

Menurut Haedar, visi pencerahan ini, sebagaimana dirumuskan dalam Muktamar 2010 di Yogyakarta, bertujuan untuk memajukan masyarakat.

Walaupun Indonesia telah merdeka selama 79 tahun dan diakui secara internasional, tantangan utama yang masih dihadapi adalah indeks pembangunan manusia (IPM) yang rendah.

“Sebagai bagian dari masyarakat, Muhammadiyah memiliki tanggung jawab untuk mendorong kemajuan bangsa. Upaya ini dilakukan melalui pendidikan, layanan kesehatan, dan berbagai bidang lainnya guna meningkatkan IPM Indonesia,” tandas Haedar.

Menjelang Muktamar 49 yang akan digelar pada 2027, Haedar mengimbau seluruh pimpinan Muhammadiyah, mulai dari tingkat wilayah hingga ranting, untuk menyebarkan antusiasme muktamar.

Namun, semarak tersebut tidak hanya bersifat fisik, melainkan lebih kepada aktualisasi nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini