Waktu, Harta Karun yang Sering Kita Abaikan
foto: storder
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“Lost time will never be found again.”
(Waktu yang hilang tidak akan pernah ditemukan lagi)

Waktu adalah anugerah yang sangat berharga, namun sering kali kita lupa akan keterbatasannya.

Setiap detik yang berlalu adalah kesempatan yang tidak akan pernah kembali. Waktu terus berjalan tanpa henti, tak peduli kita siap atau tidak. Pepatah mengatakan, “Waktu adalah emas”.

Emas memang berharga, namun waktu jauh lebih berharga karena waktu tidak dapat dibeli dengan apapun. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:

وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ.

“Demi masa Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Qs. Al-Ashr :1-3)

Di dalam surat Al ‘Ashr ini Allâh Swt bersumpah dengan masa (waktu). Pentingnya masalah waktu ini sangat diperhatikan dalam Islam sebagai agama penyelamat umat manusia agar hidupnya tidak merugi di dunia dan akhirat.

Dan ini menunjukkan betapa pentingnya waktu. Jika manusia tidak bisa menyiasati waktunya dengan sebaik-baiknya, maka dia tergolong ke dalam orang-orang yang merugi.

Pasalnya, kian hari waktu terasa semakin cepat berlalu. Baru saja rasanya liburan akhir pekan bersama keluarga kini hari Selasa sudah di depan mata.

Baru saja rasanya salat subuh dilaksanakan, kini maghrib telah menyongsong senja. Bila tidak berhati-hati, waktu dapat menghukum siapa saja yang menyia-nyiakan waktu tersebut.

Waktu adalah anugerah terbesar dari Allâh SWT yang diberikan kepada ummat manusia agar digunakan sebaik-baiknya untuk kebaikan (Khairun Naas Anfa uhum Linnaas).

Waktu juga ujian bagi ummat Manusia yang apabila disia-siakan maka dia akan celaka. Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang. ” (HR. Bukhari No. 6412)

Kehidupan manusia di muka bumi ini dibatasi oleh dimensi waktu. Untuk segala sesuatu ada masanya, sehebat dan sepintar apa pun seseorang, takkan mampu menahan lajunya sang waktu yang terus berjalan tanpa kompromi.

Sampai pada akhirnya manusia dihadapkan pada perhentian (kematian). Oleh sebab itu, jangan pernah sekalipun kita menyia-nyiakan waktu dan jangan biarkan waktu berlalu dengan sia-sia, tanpa makna.

Semakin kita menyadari betapa pentingnya waktu, semakin kita bijak dalam menjalani kehidupan ini.

Kesadaran seseorang akan pentingnya waktu akan semakin memengaruhi tingkat produktivitas dan kesungguhan dalam menggunakan waktu.

Muncullah kalimat bijak: “Bekerjalah segiat mungkin seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah dengan sungguh-sungguh seolah-olah engkau akan mati besok”.

Karena waktu itu terbatas, kita harus bisa menggunakannya secara seimbang, antara bekerja dan beribadah.

Begitu jatah waktu dari Allâh SWT sudah habis, berakhir pula waktu kita untuk berjerih lelah di dunia ini.

Bukan berarti semuanya sudah tamat, justru saat itulah babak baru dimulai. Kita harus memberikan pertanggungan jawab kepada Allâh SWT atas segala perbuatan kita selama di dunia.

Kata kuncinya adalah apabila kita benar benar memahami akan pentingnya waktu terhadap kehidupan, maka pastinya kita akan betul-betul mengatur penggunaan waktu tersebut hingga menjadi investasi amal yang akan menyelamatkan kita kelak di hari pertanggungjawaban.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini