Keajaiban Api dan Pelajaran Keimanan
foto: pinterest
UM Surabaya

*) Oleh: Farid Firmansyah, M.Psi,
Anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Timur

قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَۙ

“Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!’”
(QS. Al-Anbiya: 69)

Allah SWT menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api yang menyala-nyala, memberikan pelajaran mendalam tentang keimanan, kesombongan, dan ketergantungan manusia pada hal duniawi.

Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan mukjizat, tetapi juga menyentuh berbagai aspek psikologis dan spiritual yang relevan hingga saat ini.

Kaum Nabi Ibrahim memperlihatkan kesombongan kolektif, yaitu perasaan superioritas yang muncul secara kelompok, sehingga mereka menolak peringatan kebenaran.

Sikap ini sering kali didukung oleh confirmation bias, di mana manusia hanya menerima informasi yang mendukung keyakinannya dan menolak fakta yang bertentangan.

Mereka meyakini bahwa membakar Nabi Ibrahim adalah cara menghancurkan ajarannya, mencerminkan ilusi kontrol—kepercayaan bahwa manusia dapat sepenuhnya mengendalikan situasi, bahkan melawan kekuatan ilahi.

Namun, Allah SWT membalikkan keadaan, menunjukkan bahwa rencana manusia yang dilandasi kesombongan hanya akan berakhir pada kegagalan.

Kesombongan sering kali membuat manusia merasa tidak membutuhkan intervensi ilahi. Ketergantungan pada teknologi, kekayaan, atau kekuatan material menciptakan rasa percaya diri berlebihan yang menjauhkan manusia dari keimanan.

Misalnya, kebakaran besar di Los Angeles menjadi pengingat bahwa teknologi tercanggih sekalipun tidak dapat sepenuhnya mengendalikan alam.

Sama halnya dengan kaum Nabi Ibrahim, mereka mengabaikan kemungkinan intervensi Allah. Sikap ini mencerminkan betapa kesombongan dapat membuat manusia mengabaikan risiko nyata dan mengulang kesalahan yang sama.

Kisah Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa keimanan mampu memberikan ketenangan bahkan dalam situasi yang tampaknya mustahil.

Ketika Allah menjadikan api dingin dan menyelamatkan Ibrahim, hal ini menjadi bukti bahwa kekuatan ilahi melampaui segala hal.

Api yang menjadi dingin bagi Ibrahim adalah simbol bahwa kebesaran Allah mampu membalikkan skenario terburuk sekalipun.

Dalam kehidupan modern, peristiwa seperti kebakaran besar mengingatkan manusia akan keterbatasannya dan pentingnya kesadaran spiritual untuk menghadapi tantangan. Kesombongan, baik secara individu maupun kolektif, berpotensi membawa kehancuran.

Ketergantungan berlebihan pada kemajuan material sering kali membuat manusia mengabaikan tanggung jawab terhadap lingkungan, yang akhirnya memicu bencana seperti kebakaran hutan.

Kisah Nabi Ibrahim adalah pelajaran bahwa keimanan dan tawakal kepada Allah adalah kunci untuk mencapai ketenangan dan keselamatan.

Ego manusia harus tunduk pada kebesaran Allah SWT. Hanya dengan menyelaraskan diri pada aturan-Nya, manusia dapat menemukan solusi atas tantangan dan mencapai keseimbangan dalam hidup.

Kisah Nabi Ibrahim yang selamat dari api mengajarkan bahwa ada kekuatan lebih besar di luar kendali manusia.

Dengan merenungkan pelajaran ini, kita diingatkan untuk tidak larut dalam kesombongan, melainkan selalu menjaga keseimbangan antara usaha duniawi dan spiritualitas. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini