Konsep Kepemimpinan Dalam Islam
Muhammad Iqbal Rahman
UM Surabaya

Manusia diciptakan oleh Allah SWT ke muka bumi ini, sebagai khalifah (pemimpin). Oleh sebab itu maka manusia tidak terlepas dari perannya sebagai pemimpin.

Dimensi kepemimpinan merupakan peran sentral dalam setiap upaya pembinaan. Hal ini telah banyak dibuktikan dan dapat dilihat dalam gerak langkah setiap organisasi. Peran kepemimpinan begitu menentukan bahkan sering kali menjadi ukuran dalam mencari sebab-sebab jatuh bangunnya suatu organisasi.

Dalam menyoroti pengertian dan hakikat kepemimpinan, sebenarnya dimensi kepemimpinan memiliki aspek-aspek yang sangat luas, prosesnya melibatkan berbagai komponen di dalamnya dan saling mempengaruhi.

Secara eksplisit, keberadaan kepemimpinan ini dilegitimasi dalam Alquran sebagai seseorang yang mempunyai kedudukan kepatuhan (taat) setelah Allah dan rasul-Nya.

Kepatuhan tersebut menyangkut berbagai hal yang menjadi kebijakannya, baik suka maupun tidak suka. Hanya saja kepatuhan tersebut dibatasi kepada sejauh mana kebijakannya tidak bertentangan dengan koridor yang telah ditentukan Allah dan rasulnya (Subhan, 2013).

Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership dan dalam bahasa Arab disebut zi’amah atau imamah. Dalam terminologi yang dikemukakan oleh Marifield dan Hamzah, kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat dalam usaha bersama.

Tiga Implikasi

Kepemimpinan dalam konsep Alquran disebutkan dengan istilah imamah, pemimpin dengan istilah imam. Alquran mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada kebenaran.

Seorang pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman, dan tidak pernah melakukan kezaliman dalam segala tingkat kezaliman: kezaliman dalam keilmuan dan perbuatan, kezaliman dalam mengambil keputusan dan aplikasinya.

Kepemimpinan diidentikkan pula dengan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.

Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini adalah, pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut.

Kedua, kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang.

Ketiga, adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya.

Sebagai wujud kesempurnaan, manusia diciptakan oleh Allah swt memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar.

Pertama, sebagai seorang hamba (‘abdullah) yang berkewajiban untuk beribadah sebagai bentuk tanggung jawab ubudiyyah terhadap Tuhan sebagai pencipta.

Kedua, sebagai khalifatullah yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah SWT dalam mengurus seluruh alam.

Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk makhluk yang lain.

Pemimpin dalam pandangan Alquran adalah pilihan Allah SWT, bukan pilihan dan kesepakatan manusia sebagaimana yang dipahami dan dijadikan pijakan oleh umumnya umat Islam.

Pilihan manusia membuka pintu yang lebar untuk memasuki kesalahan dan kezaliman. Selain itu, kesepakatan manusia tidak menutup kemungkinan bersepakat pada perbuatan dosa, kemaksiatan dan kezaliman. Hal ini telah banyak terbukti dalam sepanjang sejarah manusia.

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya.

Karakteristik Pemimpin

Pemimpin dalam Islam mempunyai beberapa ciri-ciri, di antaranya: Niat yang ikhlas, Laki-laki, Tidak meminta jabatan, berpegang dan konsistan pada hukum Allah, senentiasa ada ketika diperlukan, menasehati rakyat, tidak menerima hadiah, mencari pemimpin yang baik, lemah lembut, tidak meragukan rakyat, terbuka untuk menerima ide dan kritik.

Sejarah Islam telah membuktikan pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah wafatnya Baginda Rasulullah. Para sahabat telah memberi penekanan dan keutamaan dalam melantik pengganti beliau dalam memimpin umat Islam.

Umat Islam tidak seharusnya dibiarkan tanpa pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah berkata, “Tiada Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa taat”.

Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap Umat Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini, meski pun Indonesia bukanlah Negara Islam.

Allah SWT telah memberi tahu kepada manusia, tentang pentingnya kepemimpinan dalam Islam, sebagaimana dalam Alquran kita menemukan banyak ayat yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”

Allah SWT berfirman dalam surat (al-Baqarah: 30):

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs. Al Baqarah: 30)

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) adalah pemegang mandat Allah SWT untuk mengemban amanah dan kepemimpinan langit di muka bumi. Ingat komunitas Malaikat pernah memprotes terhadap kekhalifahan manusia di muka bumi.

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu”. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa: 59).

Ayat ini menunjukan ketaatan kepada ulil amri (pemimpin) harus dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT dan rasulnya.

Aspek Kepemimpinan

Konsep merupakan cara pandang yang menjadi dasar landasan pemikiran. Konsep kepemimpinan adalah konsep yang dimiliki oleh ajaran Islam dalam memandang kepemimpinan, kepemimpinan dalam Islam memandang dan mencakup beberapa aspek:

a. Aspek pengaruh, dalam ajaran Islam, pemimpin yang tidak memiliki pengaruh akan menyebabkan hilangnya kepercayaan umat pada pemimpin tersebut. Bisa menjadi contoh yaki kholifah Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi Tholib.

b. Aspek Kerohanian, Selain sebagai Pemimpin umat, seorang pemimpin juga memilki kedudukan sebagai pemimpin agama, hal demikian ini bisa ditunjukkan bagaimana Nabi Muhammad SAW, beliau adalah seorang pemimpin rakyat dilain sisi beliau juga seorang pemimpin Agama.

c. Aspek karakteristik, yaitu aspek yang digunakan untuk menilai kepemimpinan seseorang, meliputi karakter pemimpin baik maupun buruk.

Ayat lain juga memberikan penjelasan bagaimana seseorang pemimpin dihadirkan dalam lingkungan komunitas. Ayat tersebut yaitu; QS: An-Nisa’ ayat 144:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ اَتُرِيْدُوْنَ اَنْ تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا مُّبِيْنًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin selain dari orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allah (untuk menghukummu)?”.

Ayat tersebut membahas mengenai kepemimpinan, di mana konsep kepemimpinan setidaknya memiliki dua uraian, kekuasaan politik dan tugas yang dibebankan kepada manusia.

Pada QS al-Baqarah ayat 31 di jelaskan pula mengenai kewajiban khalifah yakni, bumi atau wilayah, di berikan kekuasaan politik atau mandataris serta hubungan dengan Allah SWT.

Demikianlah beberapa penjelasan terkait konsep kepemimpinan dalam Islam. Semoga kita semua dalam mengambil hikmah dari tulisan artikel saya ini.

Terlebih momen seperti ini adalah musim pemilu, setidaknya kita sudah menemukan referensi sumber tulisan ini untuk kita jadikan patokan ilmu dalam memilih pemimpin yang akan datang. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini