Hikmah 4K Dalam Ibadah Kurban
Ilustrasi: dribbble.com
UM Surabaya

Oleh: Afifun Nidlom, S.Ag.,M.Pd.,M.H.
Wakil Sekretaris Majelis Tabligh PWM Jawa Timur

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ اَلَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا الْمُصْطَفَى الْمُخْتَارِ وَالَّذِي قَالَ : إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَ بْتَرُ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ اْلأَحَدُ الْجَبَّارُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْجِنِّ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اْلأَبْرَارِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً َلآإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

Jamaah yang dirahmati Allah SWT

Alhamdulillah kita pagi ini dalam suasana yang penuh damai dan gembira kita bisa berkumpul di tempat ini dalam rangka menunaikan ibadah Salat Idul Adha 1444 H/2023 M.

Sudah barang tentu semua itu dilandasi nilai keimanan sekaligus kesehatan dan kesempatan. Namun, sehat dan sempat pun tak akan ada manfaatnya bila tidak dilandasi dasar iman dan takwa kepada Allah swt.

Sehingga bagaimana ketiga nikmat itu bisa didayagunakan untuk menggapai visi setiap muslim yang sempurna, yakni terwujudnya sukses dunia dan akhirat sekaligus terhindar dari siksa neraka (QS al Baqarah 2:201).

Hikmah yang dapat kita gali dari peristiwa Idul Kurban, setidaknya pada pagi hari ini saya sampaikan ada 4 K, yaitu:

1. Kesempatan berhaji ke Baitullah merupakan idaman bagi setiap pribadi Muslim.

Alhamdulillah, pemerintah Saudi Arabia selaku khadim al haramain membuka penuh untuk jamaah haji. Berdasarkan data laporan, saat ini ada 2,8 juta jamaah.

Indonesia tahun ini mendapat kuota 229.000 orang dari kuota sebelumnya tahun 2019, saat normal sebelum covid 218.150 orang. Tentu saja itu merupakan kesempatan emas bagi yang tahun ini berangkat sebagai tamu-tamu Allah (dzuyuf al Rahman).

Kita doakan semoga mereka semua menjadi haji mabrur. Rasulullah saw bersabda:

– مَن حَجَّ هذا البَيْتَ، فَلَمْ يَرْفُثْ، ولَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كما ولَدَتْهُ أُمُّهُ.

“Siapa saja yang mengunjungi rumah ini (Baitullah), lalu ia tidak berbuat kekejian dan kefasikan, niscaya ia kembali ke rumahnya sebagaimana dilahirkan ibundanya (dosanya bersih terampuni).”

Orang yang menunaikan ibadah haji berarti telah menyempurnakan rukun Islam. Kesempurnaan dalam beragama jelas memberikan kepuasan batin tersendiri.

Apalagi jika ibadah haji yang dijalani berhasil mengantarkan seseorang pada derajat mabrur, haji yang diterima Allah.

Ibadah haji juga selalu memberikan pengalaman spiritual yang mendalam. Karena itulah ibadah haji senantiasa dirindukan oleh setiap pribadi muslim.

Bagi yang sudah pernah berhaji sekali pun, hasrat untuk berkunjung ke Tanah Suci selalu muncul. Apalagi setiap jamaah haji selalu dipanggil dengan sebutan tamu Allah (wafdullah).

Panggilan ini terasa begitu menyentuh hati nurani kita sebagai hamba Allah. Dengan panggilan sebagai tamu-tamu Allah, berarti Allah sendiri yang akan menjadi tuan rumah.

Karena itu dikatakan bahwa para jamaah haji itu berkunjung ke Rumah Allah (Baitullah, Ka’bah). Itu berarti sebagai tuan rumah, Allah yang akan menyambut, melayani, dan memberikan rasa aman bagi para jamaah haji.

اَلْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللَّهِ إِنْ دَعَوْهُ أَجَابَهُمْ وَإِنِ اسْتَغْفَرُوهُ غَفَرَ لَهُمْ

“Orang yang berhaji dan berumrah (ke Baitullah) adalah tamu Allah, jika mereka berdo’a dikabulkan Allah, dan jika mereka meminta ampun diampuni Allah.” (HR. al-Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban).

2. Kemanusiaan Sejati.

Melalui ibadah penyembelihan hewan kurban, secara simbolik dapat kita ambil hikmah bahwa sering kali nafsu hewani itu mengalahkan hati nurani kita sehingga nilai-nilai kemanusiaan daalm diri kita tergerus habis.

Salah satu pesan penting dalam idul adha ialah agar melihat hidup ini tidak hanya dengan mata tetapi dengan hati. Hati harus tetap hidup. Itulah sisi kemanusiaan yang harus terus hidup dalam diri kita.

(أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ)

“Tidakkah mereka mau mengembara di muka bumi ini, sehingga hati (dan pikiran) mereka dapat memahami dan telinga mereka dapat mendengar? Sesungguhnya bukanlah mata mereka yang buta, melainkan yang buta, ialah hati mereka yang di dalam dada.” (Surat Al-Hajj 46)

Allahu Akbar 2x, Walillahi al-Hamd

Hadirin yang Terhormat,

3. Keutuhan Keluarga

Keutuhan keluarga nabiyallahu Ibrahim dalam menghadapi ujian dapat kita rasakan keberkahannya.

Allah mengkaruniakan sumur zam-zam yang dapat kita minum dan rasakan airnya adalah bukti keberkahan dari keluarga yang utuh. Sabar dalam menyelami ujian hingga lulus dengan kegembiraan.

(وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ)
[Surat Al-Baqarah 124]

(وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ)
[Surat Al-Baqarah 126]

4. Keamanahan Harta

Momen Idul Adha merupakan ujian sikap amanah kita. Dalam konteks kepemilikan, harta yang kita bawa, kita punya atau yang merasa kita miliki. Semuanya adalah titipan Allah. Karena itu Allah menyadarkan kita bahwa nikmat Allah yang diberikan sudah sangat banyak.

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.” (Surat Al-Kawthar 1)

(فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ)

“Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” (Surat Al-Kawthar 2)

Oleh Nabi Muhammad SAW dengan tegas beliau memperingatkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا»

“Dari Abi Hurairah katanya, Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang memiliki keluasan rezeki lalu dia tidak berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati tempat salat kami. (HR. Nasai).

Dalam konteks pelaksanaan ibadah penyembelihan kurban, kita yang terlibat dalam kepanitiaan, sikap amanah kita juga diuji. Mulai dari pembelian hewan kurban bagi shohibul kurban yang menitipkan uang untuk dibelikan hewan kurban.

Hingga pendistribusiannya, apakah berdasarkan amanah ataukah khiyanah?

«من ولي منكم عملا فأراد الله به خيرا جعل له وزيرا صالحا إن نسي ذكره وإن ذكر أعانه» «من ولي من أمور المسلمين شيئا فاحتجب عنهم حجب الله عز وجل عنه أبواب رحمته يوم القيامة»

“Barang siapa diberikan wewenang dari kalian suatu amalan lalu Allah menghendakinya kebaikan, maka Allah menjadikannya petugas yang baik jika ia lupa Allah akan mengingatkannya dan jika ia berzikir Allah akan menolongnya.

Barang siapa yang diberikan urusan kaum muslimin lalu ia memanipulasi maka Alllah menghalanginya pintu-pintu rahmat-Nya pada hari kiamat.

Semoga bermanfaat. Aamiin. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini