Tradisi Baca Alquran Tingkatkan Kualitas Literasi
foto: learnaboutislam.in
UM Surabaya

Kebiasaan membaca Alquran akan memunculkan pemahaman yang baru. Kenyataan Al Quran sebagai sumber ilmu juga diakui oleh Profesor Matematika dari Amerika, Jeffrey Lang.

Bahkan, ketika seseorang telah membaca berulang kali, masih saja ditemukan pemahaman baru yang didapatkan dari aktivitasnya dalam membaca Alquran.

Menceritakan kisah tentang Jeffrey Lang yang seorang atheis, setelah membaca Alquran dia dibuat takjub dan terpesona.

Dari setiap pertanyaan yang dimiliki oleh Jeffrey Lang selalu ditemukan jawabannya dalam Al Quran. Bahkan dia merasa Al Quran ini diturunkan untuk dirinya sendiri.

Membaca Alquran harus ditradisikan, lebih-lebih pada masyarakat di Indonesia. Sebab, menurut Unesco, persentase membaca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen dari kurang lebih 270 juta jiwa penduduk Indonesia.

Padahal jika merujuk pada teori evolusi pembelajaran, mendengar merupakan level yang rendah.

Kita Indonesia ini tidak mau membaca, dari mendengarkan langsung ke audio visual. Sehingga kita itu bangsa yang susah diangkat kualitasnya, walaupun profesor dan doktor kadang-kadang mereka itu juga malas membaca.

Lemasnya tradisi membaca yang dialami oleh masyarakat di Indonesia menjadi perangkap di kemudian hari.

Seperti maraknya plagiarisme, lebih-lebih di era yang ditopang oleh perkembangan teknologi informasi instan seperti yang terjadi sekarang.

Oleh karena perintah pertama yang turun kepada Nabi Muhammad dalam Alquran untuk membaca sangat relevan dengan kondisi masyarakat di era sekarang.

Tradisi membaca ini juga menjadi nilai lebih, sebab membaca akan menambah ilmu yang dari ilmu manusia diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

Manusia yang paling tinggi itulah yang punya ilmu, jadi iqra itu caranya itu membaca.

Meski perintah pertama Alquran itu membaca, namun disayangkan umat Islam masih belum menjadikan membaca sebagai tradisi, baik itu membaca Alquran maupun membaca artikel di jurnal-jurnal ilmiah.

Oleh karena itu, Muhammadiyah melalui Majelis Pustaka dan Informasi menyerukan tradisi membaca.

Kita berbicara tentang pustaka, saya bercita-cita tiap ranting itu ada perpustakan, setiap wilayah itu punya gedung perpustakaan yang hebat, yang dikunjungi.

Rendahnya tradisi membaca masyarakat Indonesia, lebih-lebih generasi milenial dan Z merupakan tantangan untuk dijawab bersama.

Tantangan itu diperberat dengan adanya intervensi media sosial yang melekat dalam keseharian generasi masa depan Indonesia. (*/tim)

(Disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad dalam acara Pengajian Jumat yang diselenggarakan RS Muhammadiyah Bandung, 30 Juni 2023)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini