Mengertilah Besarnya Pengorbanan Ibu dan Ayahmu
foto: soranews24.com
UM Surabaya

‎عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

“Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’

Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’

Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu’.”(HR. Bukhari 5971 dan Muslim 2548).

Ibu adalah yang mengandung kita sembilan bulan, bahkan ada yang lebih. Begitu berat beban sang ibu dari mulai mengandung sampai pengorbanannya dalam melahirkan tidak pernah terpikir oleh kita bagaimana beratnya beban sang ibu selama sembilan bulan lebih tersebut.

Tidak hanya selesai sampai sembilan bulan lebih tersebut, tetapi pengorbanan ibu masih berlanjut saat kita masih bayi saat kita baru pertama kali melihat dunia.

Saat kita belum bisa berbicara, saat semua orang tidak mengerti apa yang kita ingin kan tetapi seorang ibu akan mencoba mengerti apa pun yang di ingin dikatakan oleh anaknya.

Seorang ibu akan melakukan apa pun agar anaknya tidak menangis. Tak hanya sampai di situ ibu juga yang selalu mengurus anaknya mulai dari ia lahir hingga sekolah dan tumbuh dewasa.

Ibu juga selalu turut mengurusi jika anaknya telah memiliki anak ia selalu menganggap cucunya seperti anaknya yang selalu dia kasihi seperti anak anaknya.

Tak hanya itu, di sisi lain ayah juga turut berperan di dalamnya, beberapa hal yang menurut saya dapat dibedakan antara ayah dan ibu. Kita merasakannya, namun tidak menyadarinya.

Sejak dilahirkan, ibu adalah seseorang yang sering kita lihat sorot matanya, bahkan sampai kita menutup mata.

Menutup mata maksudnya di sini ketika dia menidurkan kita semasa kecil, dengan sebuah dongeng ataupun cerita-cerita yang membuat kita terbuai hingga mata terlelap.

Orang yang kita cintai tanpa ada ekspresi di matanya adalah ayah. Ayah bukan berarti tidak mempunyai cinta untuk anaknya, dia memiliki perhatian dengan cara yang lain jika dibandingkan dengan sosok wanita yang dinamakan ibu.

Meskipun sorot matanya tidak sesering saat kita berinteraksi dengan ibu, tetapi jiwa dan raganya selalu dikorbankan untuk kehidupan sang anak di dunia.

Ibu mengenalkan kamu dengan dunia. Begitu tangisan pertama seorang anak terdengar untuk pertama kalinya di dunia, seorang ibu langsung mengenalkan kita dengan dunia.

Menggendong kita ke taman, mengajari kita berjalan, mengajari kita membuka mulut untuk minum dan makan dan hal lainnya.

Ayah mengenalkan dunia dengan kita. Tidak seperti seorang ibu, ayah tidak sepintar ibu untuk menggendong kita tetapi dia mengajarkan kenapa seseorang harus digendong.

Ayah juga tidak sehebat ibu saat mengajari kita berjalan, tetapi dIa mengajarkan bagaimana cara terbaik dalam menjalani hidup.

Membuka mulut untuk makan dan minum tidaklah mudah dilakukan oleh seorang ayah, tetapi dengan mudahnya seorang ayah memberitahu caranya untuk mencari nafkah guna membeli makanan dan minuman yang masuk ke mulut kita.

Ibu memberikan hidup. Sejak lahir, ibu telah memberi kasih sayangnya kepada kita, bagaimana kita harus berperilaku yang baik dan cara berinteraksi dengan siapa saja.

Membentuk karakter yang manusiawi, berbicara yang sopan, menghormati orang lain dan tentunya mengasihi sesama layaknya dia memberikan kasih sayangnya kepada kita.

Ayah memberikan kehidupan. Ibu memastikan kamu tidak kelaparan. Rasa simpati dan empati sang ibu selalu besar.

Satu buah roti yang ada di tangannya lebih baik diberikannya untuk kita. Meski pun sebenarnya, satu buah roti itu diperuntukkan bagi perutnya yang lapar.

Ayah memberi tahu kamu tentang artinya lapar. Ayah memberikan pandangannya kepada kita, bagaimana susahnya para gelandangan yang mencari sesuap nasi untuk dirinya.

Seorang ayah memberi tahu seberapa besar maknanya mencari nafkah demi terhindar dari lapar. Ibu menjelaskan kepada kita tentang kepedulian.

Ketika kita bermain bersama teman, di genggaman kita ada makanan sementara teman kita tidak punya apa-apa yang dikunyah untuk mengisi mulutnya.

Ibu selalu mengajarkan kita untuk berbagi, dengan memberikan sebagian makanan yang ada di tangan kita untuknya.

Ibu mengajarkan kita kepedulian demi sesama, untuk berbagi apa saja yang kita miliki.

Ayah yang selalu mengajarkan kita tentang tanggung jawab. Sosok ayah akan memberi tahu kita jika tanggung jawab akan membuat kita lebih berhati-hati dalam bertindak. Ibu melindungi kamu dari kejatuhan.

Melalui kasih sayangnya, seorang ibu selalu siap melindungi. Ibu selalu mengatakan dan mengajari kita bahwa roda kehidupan tidak selalu di atas, adakalanya kita jatuh.

Kita harus siap untuk itu dan kesiapan seorang ibu selalu di menyertai kita. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini