Bentengi Kedengkian dengan Qanaah
foto: islamonline.net
UM Surabaya

Waktu terus berjalan. Ia tak akan pernah berhenti, apalagi mundur. Namun, segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan bisa kita persiapkan dari sekarang.

Yaitu dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit bekal untuk sesuatu yang tak terduga. Semakin banyak bekal kita, semakin banyak pula peluang kesuksesan yang akan kita raih nantinya.

Kesuksesan yang dimaksud bukanlah kesuksesan di dunia semata, namun juga di akhirat. Bahkan, itulah masa depan sesungguhnya.

Kesuksesan manusia benar-benar bisa dilihat ketika sudah berada di akhirat. Sekaya apapun, sepintar apa pun, atau sekuasa apa pun seseorang di dunia, bila nantinya kekal di neraka, apa gunanya?!

Ketahuilah setiap tarikan dan embusan napas kita dalam detik demi detik waktu yang berlalu merupakan langkah menuju kubur.

Maka sudah semestinya kita mengisi sisa usia yang ada dengan berbekal amal kebaikan untuk menghadapi kehidupan yang panjang.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Ada tiga ukuran kehebatan seseorang menurut Imam Syafi’i:

‎قال الإمام الشافعي رحمه الله
‎جوهر المرء في ثلاث

Imam Syafi’i berkata kehebatan seseorang terdapat pada tiga perkara:

كتمان الفقر ‎حتى يظن الناس من عفتك أنك غني

1. Kemampuan menyembunyikan kemelaratan, sehingga orang lain menyangkamu berkecukupan karena kamu tidak pernah meminta dan selalu merasa syukur,

وكتمان الغضب ‎حتى يظن الناس أنك راض

2. Kemampuan menyembunyikan amarah, sehingga orang mengiramu merasa ridha, karena tampak wajah yang ceria, ‎

وكتمان الشدة ‎حتى يظن الناس أنك متنعم

3. Kemampuan menyembunyikan kesusahan, sehingga orang lain mengiramu selalu senang, karena tertutup dengan amal saleh.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كن ورعًا تكن أعبد الناس، وكن قنعًا تكن أشكر الناس

“Jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau menjadi manusia yang paling baik dalam beribadah. Dan jadilah seorang yang qana’ah, niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur.” (HR. Ibnu Majah)

Seorang yang qanaah (rida atas pemberian-Nya) terhadap rezeki yang diterima niscaya akan bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla.

Dia menganggap dirinya sebagai orang yang kaya. Sebaliknya, jika tidak berlaku qanaah, yang ada adalah perasaan merasa kurang, menganggap sedikit pemberian Allah azza wa Jalla, sehingga tidak akan memperoleh kehidupan yang baik (al-hayah ath-thayyibah).

Seorang ahli hikmah mengatakan:

وجدت أطول الناس غمًّا الحسود، وأهنأهم عيشًا القنوع

“Saya menjumpai bahwa orang yang paling banyak berduka adalah mereka yang ditimpa penyakit dengki. Dan yang paling tenang kehidupannya adalah mereka yang dianugerahi sifat qanaah.” (Ihya ‘Uluum ad-Diin)

Qanaah akan membentengi kita dari sifat yang tercela seperti hasad atau dengki. Tidak jarang dikarenakan kedengkian seseorang melakukan berbagai perbuatan dosa, baik itu menggunjing (ghibah), mengadu domba (namimah), berdusta atau bahkan berbuat khianat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.

Kontra dengan seseorang yang qanaah, ia akan menempuh cara yang halal dalam mencari rezeki, bukan menerjang yang haram. Ibnu Mas’ud radliallahu ‘anhu berkata:

اليقين ألا ترضي الناس بسخط الله، ولا تحسد أحدًا على رزق الله، ولا تَلُمْ أحدًا على ما لم يؤتك الله؛ فإن الرزق لا يسوقه حرص حريص، ولا يرده كراهة كاره؛ فإن الله – تبارك وتعالى – بقسطه وعلمه وحكمته جعل الرَّوْح والفرح في اليقين والرضى، وجعل الهم والحزن في الشك والسخط

“Al-Yaqin adalah engkau tidak mencari rida manusia dengan mengundang kemurkaan Allah, engkau tidak dengki kepada seorang pun atas rezeki yang ditetapkan Allah dan tidak mencela seorang pun atas sesuatu yang tidak diberikan Allah kepadamu.

Sesungguhnya rezeki tidak akan diperoleh dengan ketamakan dan tidak akan tertolak karena kebencian.

Sesungguhnya Allah Ta’ala, dengan keadilan, ilmu, dan hikmah-Nya, menjadikan ketenangan dan kelapangan ada di dalam rasa yakin dan rida kepada-Nya serta menjadikan kegelisahan dan kesedihan ada di dalam keragu-raguan (tidak yakin atas takdir Allah) dan kebencian (atas apa yang telah ditakdirkan Allah).” (Syu’ab al-Imaan)

Dalam sebuah hadis disebutkan:

شَرفُ المؤمِنِ قيامُ اللَّيلِ وعزُّهُ استِغناؤُهُ عنِ النَّاسِ

“Kehormatan seorang mukmin terletak pada salat malam dan kemuliaannya terletak pada ketidak-bergantungannya pada manusia.” (HR. al-Hakim)

Sabda Nabi Muhammad saw yang menyatakan bahwa seseorang tidak akan diwafatkan kecuali setelah Allah menyempurnakan jatah rezeki yang ditetapkan untuknya.

أيها الناس اتقوا الله و أجملوا في الطلب فإن نفسا لن تموت حتى تستوفي رزقها و إن أبطأ عنها فاتقوا الله و أجملوا في الطلب خذوا ما حل و دعوا ما حرم

“Wahai manusia bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik, sesungguhnya seorang itu tidak akan mati sehingga lengkap jatah rezekinya.
Jika rezeki itu terasa lambat datangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan carilah dengan cara yang halal dan tinggalkanlah yang haram.” (HR. Al Baihaqi)

Marilah kita berdoa memohon agar Allah memberikan kita sifat qanaah. Salah satu doa yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbad radliallahu ‘anhuma adalah doa berikut:

اللَّهُمَ قَنِّعْنِي بِمَا رَزَقْتَنِي، وَبَارِكْ لي فِيهِ، وَاخْلُفْ عَلَيَّ كُلَّ غَائِبَةٍ لِي بِخَيْرٍ

“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang qanaah terhadap rezeki yang Engkau beri, dan berkahilah, serta gantilah apa yang luput dariku dengan sesuatu yang lebih baik.” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad). (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini