Muktamar Hizbul Wathan Bukan Ajang Romantisme Sejarah Belaka
Abdul Mu'ti
UM Surabaya

Muktamar Hizbul Wathan (HW) tidak sekedar suksesi kepemimpinan, melainkan sebagai bagian agenda transformasi untuk menjadi Islam dan Indonesia Berkemajuan.

Dalam situasi kebangsaan sekarang, lanjutnya, kita membutuhkan kader bangsa, kader persyarikatan dengan jiwa Hizbul Wathan.

Saya optimistis dengan nilai-nilai yang dimiliki HW akan membawa Indonesia tampil lebih maju. Bahkan Indonesia juga akan bisa memimpin negara-negara dunia dalam memajukan peradaban dunia yang utama.

Oleh karena itu momentum muktamar ini menjadi bagian dari ikhtiar kita bersama-sama agar nilai-nilai itu tidak hanya terinternalisasi dalam diri pandu HW, tetapi juga teraktualisasi bahkan terlembaga dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan kita.

Saya mengajak kader HW supaya menjadi generasi yang unggul. Dia beralasan karena generasi inilah yang akan membawa dan memimpin Indonesia di masa mendatang. Maka, segala hambatan kemajuan HW harus dijawab dengan prestasi dan optimisme.

Dengan demikian, seluruh lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah tidak boleh menduakan HW.

HW harus menjadi satu-satunya kepanduan yang berdiri di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.

Maka HW harus memantapkan langkah dengan prestasi, keunggulan dan nilai-nilai kebermanfaatan lainnya.

Undang-Undang tentang Gerakan Pramuka harus dilakukan perubahan. Sejak awal penyusunan, Muhammadiyah sudah mengusulkan supaya jangan nomenklaturnya diubah menjadi UU Kepanduan Nasional.

Supaya semua kepanduan di Indonesia, apapun latar belakang organisasinya merasa memiliki rumah dan merasa mendapatkan perhatian yang luas, bagi semua kepanduan oleh para penyelenggara negara.

Kami tidak anti Pramuka, tetapi kami ingin agar eksistensi semua kepanduan termasuk HW ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari gerakan kepanduan nasional.

Tidak lupa saya juga mengingatkan, Muktamar ke-4 HW ini bukan ajang nostalgia dan romantisme.

Melainkan forum ini harus dijadikan sarana untuk HW sebagai organisasi lintas generasi.

Semangat HW di masa lalu harus diteladani sebagai ungkapan seorang mukmin yang membumikan cintanya terhadap negara.

Oleh karena itu di HW sudah tidak ada lagi persoalan antara Islam dengan Indonesia, karena dalam pandu HW Islam itu diterjemahkan dalam cinta Tanah Air, memajukan bangsa dan negara.

Forum muktamar ini tidak boleh hanya dijadikan forum romantisme sejarah balaka.

Dengan segala tantangan dan rintangan yang menghadang, kader pandu HW harus senantiasa memandang masa depan dengan optimistik.

Maka Muktamar ke-4 HW ini bukan hanya urusan sosok pemimpin HW di masa depan, tetapi harus melahirkan HW di masa depan yang kokoh dan lebih berkembang lagi.

Lebih-lebih HW merupakan kepanduan yang tertua di Indonesia, dan kepanduan yang memiliki komitmen tinggi dalam memajukan Indonesia.

Melalui nilai-nilai kepatuhan, Mu’ti berpesan supaya Muktamar ke-4 HW tidak boleh berjalan dengan gaduh, tetapi harus menjadi muktamar yang teduh. (*/tim)

(Disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdil Mu’ti dalam Pembukaan Muktamar ke-4 HW di UMM, 27 Juli 2023)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini