3 Pesantren Muhammadiyah Ini Layak Jadi Role Model
Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. foto: dokumen
UM Surabaya

Sebagai organisasi dakwah dan sosial yang identik dengan organisasi modern, Muhammadiyah tidak hanya pawai dalam mengelola bidang pendidikan, sosial dan ekonomi

Bidang dakwah khususnya mengelola pondok pesantren dalam berbagai ‘kemasan’, Muhammadiyah juga terbukti andal.

Berdasarkan data dari PP Muhammadiyah, organisasi Islam tertua di Indonesia itu bisa disebut terkaya yang memiliki aset 21 juta meter persegi.

Di atas tanah tersebut berdiri sekurangnya 19.951 sekolah, 13.000 masjid dan mushola, 765 bank perkreditan rakyat syariah, 635 panti asuhan, 457 rumah sakit dan klinik, 437 baitul mal, 176 universitas. Dan sekurang-kurangnya terdapat 440 Pesantren yang tersebar di berbagai daerah.

Khusus untuk model pesantren, dari jumlah tersebut bisa dikategorikan ke dalam tiga model, yakni Muhammadiyah Boarding School (MBS), Pesantren Mu’allimin- Muallimat, dan Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah.

Secara umum, kurikulum Pondok Pesantren Muhammadiyah tidak lepas dari Kurikulim Pendidikan Nasional, adopsi Kurikulum Kementerian Agama maupun sistem pondok modern bermanhaj yang menerapkan pendekatan sain yang sesuai dengan kebutuhan peradaban.

Poin penting dari corak pendidikan ala Pondok Pesantren Muhammadiyah adalah mampu melahirkan kualitas lulusan yang memiliki kompetensi keilmuan sesuai peradaban, pemikiran moderat (wastahihah) dan mampu berkolaborasi dengan kemajuan tehnologi serta mendasarkan segala Ikhtiar pemikiran berdasarkan Alquran dan sunah.

Dalam rangkaian Rapat Kerja Nasional Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat (LP2 PP) Muhammadiyah, beberapa waktu lalu,  Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, memberikan apresiasi terhadap pesatnya perkembangan pesantren Muhammadiyah di Indonesia yang menyentuh angka 400 lebih.

Di sisi lain, Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Ini juga menekankan pentingnya meningkatkan kualitas pesantren seiring dengan meningkatnya kuantitas yang signifikan agar sesuai dengan kebutuhan umat.

Haedar menyebut tiga pesantren Muhammadiyah yang dapat dijadikan contoh atau model bagi pesantren Muhammadiyah lainnya. Berikut ini tiga pondok pesantren Muhammadiyah yang bisa menjadi rujukan (role model):

3 Pesantren Muhammadiyah Ini Layak Jadi Role Model

1. Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan di Yogyakarta

Perkembangan pesat ditunjukkan MBS Prambanan. Dalam waktu 15 tahun, MBS Prambasana telah memiliki area institusi pendidikan seluas 16 hektar dan telah meluluskan ribuan alumni.

Bukan hanya itu, banyak lulusan MBS Prambanan yang berhasil melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah. Hal ini menunjukkan perpaduan harmonis antara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai.

Saat ini, dari nol meter dalam tempo 15 tahun, luas area MBS Prambanan telah mencapai 16 hektar, dan semuanya dibangun dengan dana internal. Tahun ini saja, MBS Prambanan telah berhasil mengirimkan 58 santri ke Timur Tengah dan sekitar 48 santri melanjutkan studi mereka di Al-Azhar Mesir.

3 Pesantren Muhammadiyah Ini Layak Jadi Role Model

2. Madrasah Muallimin-Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta

Model kedua adalah Madrasah Muallimin-Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta. Pesantren ini memiliki nilai sejarah yang kuat karena didirikan sejak zaman KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Nilai historis semangat dakwah dalam gerakan pembaharuan dan puritan jelas lekat dan masih bisa dirasakan dalam proses pembelajaran di pesantren yang terletak di Kota Gudeg Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

Muallimin-Muallimat berhasil melintasi berbagai zaman dan menghasilkan lulusan yang berkontribusi di berbagai bidang seperti politik, sosial, keagamaan, dan akademis.

Dua Tokoh bangsa yang mendapat gelar Pahlawan Nasional dan “lahir” dari Pondok pesantren Muallimin adalah KH Mas Mansur dan KH Kahar Muzakir, keduanya pernah menjabat sebagai direktur Muallimin.

3 Pesantren Muhammadiyah Ini Layak Jadi Role Model
foto: tribun jabar

3. Darul Arqom Muhammadiyah Garut Jawa Barat

Pesantren ini didirikan berdasarkan amanat Muktamar Muhammadiyah Padang, tahun 1975. Banyak lulusan Darul Arqom Garut yang telah sukses menjadi politisi, akademisi, dan bahkan pengusaha.

Salah satu tokoh yang lahir dari Pesantren Darul Arqom adalah Ustaz Adi Hidayat (UAH). Ustaz muda ini namanya sering disebut-sebut memiliki kecerdasan setara BJ Habibie.

Pasca menamatkan pendidikan dari Pesantre Darul Arqom, UAH melanjutkan pendidikan Pendidikan ke Timur Tengah melalui jalur beasiswa.

Adanya ketiga pesantren tersebut sebagai model, diharapkan pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia dapat mengambil pelajaran dan meniru langkah-langkah yang telah terbukti sukses.

Dengan meneladani ketiga pesantren yang telah mapan tersebut, pesantren-pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia akan mampu memberikan pendidikan yang berkualitas dan mampu mencetak generasi muda yang berdaya saing tinggi serta berkontribusi nyata dalam pembangunan bangsa.

Dari ketiga contoh ini, Muhammadiyah juga bisa mengembangkan pesantren yang khas Muhammadiyah. (*/diolah dari berbagai sumber)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini