Menjadi Paling Ikhlas, Bukan Paling Baik
foto: pexels
UM Surabaya

Hiduplah seolah-olah setiap hari adalah hari terakhirmu. Maka kamu akan menghargai setiap waktu yang tersisa dalam hidupmu.

Selagi napas masih ada, sebarkanlah kebaikan. Semoga setiap kebaikan yang kita sebarkan dapat memberikan manfaat pada orang lain.

Jadilah orang yang paling ikhlas, bukan yang paling baik. Sebab dalam kebaikan belum tentu ada keikhlasan.

Tapi orang yang ikhlas, insya Allah ada baiknya. Rugi kalau pernah hidup, tapi tidak pernah mengajak orang ke jalan kebenaran.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406, dari Sahl bin Sa’ad)

Imam Al Bukhari rahimahullah membuat judul bab dari hadis di atas, “Bab: Keutamaan seseorang memberi petunjuk pada orang lain untuk masuk Islam”.

Abu Daud membawakan hadis di atas pada “Bab: Keutamaan menyebarkan ilmu”.

Penulis ‘Aunul Ma’bud, mengatakan, “Unta merah adalah semulia-mulianya harta menurut mereka (para sahabat).”

Di lain tempat, beliau rahimahullah mengatakan, “Unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”

Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah memberikan penjelasan yang cukup apik. Beliau rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah unta merah.

Unta tersebut adalah harta teristimewa di kalangan orang Arab kala itu. Di sini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan unta merah sebagai permisalah untuk mengungkapkan berharganya (mulianya) suatu perbuatan.

Dan memang tidak ada harta yang lebih istimewa dari unta merah kala itu. Sebagaimana pernah dijelaskan bahwa permisalan suatu perkara akhirat dengan keuntungan dunia, ini hanyalah untuk mendekatkan pemahaman (agar mudah paham).

Namun tentu saja balasan di akhirat itu lebih besar dari kenikmatan dunia yang ada. Demikianlah maksud dari setiap gambaran yang biasa disebutkan dalam hadis. Dalam hadis ini terdapat pelajaran tentang keutamaan ilmu.

Juga dalam hadis tersebut dijelaskan keutamaan seseorang yang mengajak pada kebaikan.

Begitu pula hadis itu menjelaskan keutamaan menyebarkan sunah (ajaran Islam) yang baik.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392, 15/178). (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini