Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir kembali menegaskan posisi dan garis perjuangan politik yang diambil oleh Muhammadiyah.
Penegasan tersebut disampaikan oleh Haedar dalam acara Pembukaan Idepolitor yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) D.I. Yogyakarta di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ahad (6/8/2023) .
Dia lalu menjelaskan, bahwa dalam realitas politik lima tahunan (Pemilu), Muhammadiyah tidak terlibat. Sebab politik lima tahunan tersebut menjadi domain dari Partai Politik. Meskipun demikian, Muhammadiyah tidak anti politik.
Jalur politik yang diambil oleh Muhammadiyah adalah politik kebangsaan dan kenegaraan, yaitu melalui cara pembinaan masyarakat yang membangun, memajukan, mencerdaskan, dan memajukan bangsa dan negara.
“Kalau ini dipegang bapak ibu sekalian maka Muhammadiyah tidak akan terlibat dalam partisipasi politik setiap lima tahunan, karena itu urusan partai politik,” guru besar Guru Besar Sosiologi ini.
Meski secara organisasi tidak terlibat dalam pemilihan lima tahunan, namun Muhammadiyah memberikan keleluasaan kepada warganya dalam menyalurkan hak-hak politiknya. Bahkan Muhammadiyah mendorong warganya untuk tidak menjadi golongan putih (golput).
“Bagaimana urusan partai politik dan urusan lima tahunan? Dua cara yang dilakukan Muhammadiyah yaitu satu Muhammadiyah memberikan peluang kebebasan untuk memilih. Tapi dalam memilih itu tentu ada pertimbangan di situ supaya cerdas, supaya rasional, supaya berpikir berbagai pertimbangan, boleh-boleh saja. Maka jangan ribut kalau ada yang memilih ini memilih itu. Sejauh tidak ada dhorurot di dalamnya,” urai Haedar.
Secara lebih spesifik, Haedar meminta kepada kader-kader Muhammadiyah yang memiliki potensi dalam dunia politik praktis, didorong untuk terlibat. Namun yang perlu dicatat adalah jangan membawa politik di Muhammadiyah, kader menjadi agen Muhammadiyah dalam partai politik.
“Perbanyak kader Muhammadiyah yang ada di eksekutif, legislatif dan lembaga-lembaga yang lainnya. Caranya ke situ ya harus dipersiapkan,” jelas Haedar.
“Jangan kemudian gagal lima tahunan kemudian mencampuri alam pikiran Muhammadiyah, karena gagal dalam politik. Kalau bisa rancanglah politik Islam yang bisa membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, supaya menang rangkul sebanyak orang,” papar Haedar. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News