Muhammadiyah Memilih Istilah Pimpinan, Bukan Pengurus, Kenapa?
UM Surabaya

Pada umumnya, organisasi kemasyarakatan menggunakan istilah pengurus bagi hierarki organisasi maupun anggota strukturalnya.

Namun berbeda dengan keumuman itu, Persyarikatan Muhammadiyah justru menggunakan istilah pimpinan.

Pemilihan istilah pimpinan dibanding pengurus mengandung fungsi moral. Dengan demikian, setiap struktur formal organisasi di Muhammadiyah wajib menampilkan keteladanan sebagai seorang pemimpin (etos leadership).

Pimpinan itu mencerminkan kepribadian dengan tugas fungsi yang melekat dalam jabatan.

Istilah pengurus terkesan lebih merujuk kepada penyelenggara atau event organizer, sehingga tanggung jawabnya dianggap selesai jika sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Namun pimpinan memiliki tugas yang lebih luas dan kompleks daripada sekadar pelaksana organisasi.

Karena alasan itulah menjadi pimpinan di Persyarikatan artinya mengembang fungsi moral yang menyeluruh tidak hanya ketika sedang mengurusi urusan organisasi, namun juga saat tampil sebagai pribadi individu di masyarakat.

Di Muhammadiyah khususnya jajaran pimpinan jangan ada yang seperti pepatah Jawa wit gedang uwoh pakel atau omong gampang, nglakoni angel. Tidak boleh juga seperti sarung plekat didondomi, iso nasihat ora iso nglakoni.

Pesan Jelang Tahun Politik

Secara khusus saya berpesan bagi warga dan pimpinan Persyarikatan dalam menghadapi tahun politik yang kian dekat. Ada tiga hal yang seharusnya menjadi perhatian para pimpinan dan warga Muhammadiyah.

Pertama, soal isu pencalonan presiden, Muhammadiyah tidak ikut-ikutan sebab hal tersebut bukan berada di wilayah kewenangannya. Pencapresan adalah wilayah partai politik.

Sesuai Undang-undang, hal itu adalah wewenang partai politik, maka warga Muhammadiyah dan Muhammadiyah secara kelembagaan tidak punya wewenang. Jadi ora usah usrek, mondak budreg.(Tidak perlu ikut-ikutan, daripada pusing sendiri).

Kedua, soal pemilihan anggota legislatif baik DPR RI maupun DPRD, Muhammadiyah berkepentingan menghimbau para warganya untuk memilih caleg yang memiliki rekam jejak integritas unggul.

Partainya bisa apa saja, karena partai-partai sekarang itu beda-beda tipis saja, tapi perhatikan betul calegnya.

Ketiga, diimbau agar jangan sampai warga Muhammadiyah terpecah dan bertengkar karena perbedaan pilihan politik. Berpolitik harus dengan gembira sekaligus tetap bertanggung jawab.

Jangan sampai seperti pemilu yang lalu, Prabowo–Sandi menjadi rival pasangan Jokowi–Amin, namun saat ini keduanya sudah bergabung menjadi Menteri di Kabinet Indonesia Maju. Sementara para pendukungnya masih saja berdebat soal cebong-kampret. (*)

(Disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti dalam pidato Pengukuhan Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Kecamatan Gebog Kudus, 5 Agustus 2023)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini