Sebagai organisasi dakwah, Muhammadiyah dan Aisyiyah meyakini bahwa pendidikan adalah pilar strategis penentu maju mundurnya suatu bangsa. Peradaban di berbagai dunia juga dimulai dari kualitas pendidikan.
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, dari posisi strategis itu, pendidikan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah dan Aisyiyah membawa misi peradaban Islam dengan ciri pendidikan holistik. Yakni, menyatukan antara aspek rohani dan jasmani, ilmu dunia dan ilmu akhirat.
“Bagi kita Muhammadiyah dan Aisyiyah, pendidikan bukan merupakan langkah-langkah strategis dan kebijakan semata-mata, tapi ada paradigma, ada value, ada qimmah yang harus terus kita perjuangkan, kita aktualisasikan dan kita integrasikan dalam keseluruhan proses pendidikannya,” ungkap Haedar Nashir dalam pidato pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis PAUD, Dasar dan Menengah PP Aisyiyah, Rabu (9/8/2023).
Misi tersebut, terang Haedar harus terus diperkuat oleh lembaga pendidikan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
Kata dia, pendidikan yang diselenggarakan Muhammadiyah dan Aisyiyah tidak boleh sekadar memenuhi kebutuhan instrumental atau pasar saja, tapi wajib membentuk manusia utuh yang sesuai dengan fitrahnya, yakni bertuhan, berakal budi, dan berpengetahuan.
“Nah pendidikan Islam adalah satu proses mencerdaskan manusia yang terintegrasi di dalam dirinya baik potensi dia beragama, potensi dia berakal, potensi dia berilmu dan berbagai kecakapan hidup yang membentuk dirinya menjadi insan yang sempurna (Insan Kamil),” jelas Haedar.
Karenanya, lembaga pendidikan di Muhammadiyah dan Aisyiyah dia pesankan untuk menyasar aspek-aspek di atas seperti rohani, jasmani, akal budi, dan pengetahuan.
“Sebab jika pendidikan menyasar satu aspek saja, maka akan timpang, tidak mampu mencerdaskan manusia secara totalitas,” tegas Haedar.
Dari rakernas yang digelar, Haedar berharap ada usaha transformatif dan revitalisasi pendidikan di lingkungan ‘Aisyiyah yang lebih progresif dalam membentuk sistem pendidikan holistik-integratif untuk melahirkan insan kamil dan khairu ummah.
Dalam totalitas yang utuh itu, sebut Haedar, pendidikan harus mampu memobilisasi seluruh potensi manusia agar dia tetap beriman, bertakwa, berakhlak, cerdas, berilmu, bersosial dengan relasi lingkungan untuk menjadi khalifah di muka bumi dan tidak merusak kehidupan di muka bumi.
“Itulah tugas pendidikan Islam sehingga pendidikan Islam sejatinya adalah pendidikan yang bisa melintas batas, holistik, dan integratif,” katanya.
Dorong Revitalisasi dan Transformasi
Haedar Nashir juga mengapresiasi ikhtiar Pimpinan Pusat Aisyiyah menindaklanjuti amanat Muktamar ke-48 di bidang pendidikan lewat rakernas ini.
Sebagai organisasi pelopor pendidikan Islam modern di Indonesia bersama Muhammadiyah, Aisyiyah dia harapkan merawat kepercayaan masyarakat dan pemerintah dengan terus meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang dimiliki.
“Dalam konteks ini perlu ada keselarasan dan penguatan agar kualitas pendidikan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah bisa mengejar kuantitasnya. Karena saat ini kita berhadapan dengan persaingan dari berbagai lembaga pendidikan yang hadir di tengah-tengah kita secara global,” ujarnya.
Pada pembukaan Rakernas, Rabu (9/8), Haedar berpesan agar Majelis yang membawahi bidang pendidikan di ‘Aisyiyah, yakni Majelis Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah (PAUD DasMen) berupaya memformulasikan strategi baru yang lebih adaptif dalam menjawab tuntutan zaman.
Revitalisasi dan penguatan lembaga pendidikan di bawah ‘Aisyiyah, kata dia mesti dilakukan agar pendidikan yang telah diselenggarakan oleh ‘Aisyiyah selama lebih dari satu abad tidak berjalan stagnan.
Peningkatan sistem tata kelola terkait standar guru, sarana dan prasarana, menurutnya harus menjadi perhatian serius para pimpinan ‘Aisyiyah dari tingkat pusat sampai bawah.
“Sebab boleh jadi karena kelengahan kita, lembaga-lembaga pendidikan kita tidak bisa kita kembangkan dengan optimal. Karena itu maka lembaga pendidikan yang masih kecil usahakan jadi menengah, dan yang menengah jadi unggul. Itu perlu gerak revitalisasi yang sistemik. Jangan lengah, seakan-akan kita telah memiliki sesuatu yang besar sebagai legacy dari kita tapi kenyataannya kita tertinggal dari yang lain. Maka perlu revitalisasi,” pesannya.
Karena itu, Haedar berharap Majelis PAUD DasMen ‘Aisyiyah mampu mengawal Rakernas ini untuk melahirkan langkah-langkah baru yang out of the box, progresif dan transformatif.
“Dalam proses transformasi ini kita perlu perubahan paradigma pemikiran, strategi, metode sampai pada berbagai praksis pendidikan yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakat sebagaimana konsep pendidikan holistik yang juga terintegrasi dengan keluarga, itulah yang harus kita lakukan,” pungkas Haedar.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News