Lima Perkara yang Merusak Hati
foto: istikharaprayer
UM Surabaya

Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib.

Tentang perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara, yakni: bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk), angan-angan kosong, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan, dan banyak tidur.

1. Bergaul Dengan Banyak Kalangan

Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah.

Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.

Dalam tataran riil, kita sering menyaksikan orang yang hancur kehidupannya gara-gara pergaulan. Biasanya output semacam ini karena motivasi bergaulnya untuk dunia.

Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah pergaulan.

Allah berfirman:

“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata, “Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.

Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur”an ketika Al-Qur”an itu telah datang kepadaku.” (QS. Al-Furqan: 27-29)

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67)

“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat kembalimu adalah neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong.” (QS. Al-Ankabut : 25)

Inilah pergaulan yang didasari oleh kesamaan tujuan duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada hasil duniawi yang diingini.

Jika telah lenyap kepentingan tersebut, maka pertemanan itu akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta berubah menjadi saling membenci dan melaknat.

Karena itu, dalam bergaul, berteman dan berkumpul hendaknya ukuran yang dipakai adalah kebaikan.

Lebih tinggi lagi tingkatannya jika motivasi pertemanan itu untuk mendapatkan kecintaan dan rida Allah.

2. Larut dalam Angan-Angan Kosong

Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang- orang bangkrut.

Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan bangkai.

3. Bergantung Kepada Selain Allah

وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Artinya: “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah: 8).

Ayat di atas jelas memberikan isyarat bahwa kita sebagai makhluk Allah dilarang untuk berharap kepada selain Allah. Hanya kepada Allah kita harus berharap. Sebab Dia adalah Maha segala-gala-Nya.

Salah satu kalimat thayyibah yang harus selalu Anda amalkan agar tidak bergantung kepada manusia adalah sebagai berikut;

حسبن الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير

“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”

4. Kekenyangan

Allah SWT tidak menyukai orang yang berlebihan atau melampaui batas, termasuk dalam perilaku makan.

Sehingga ada baiknya agar mengambil pertengahan saat menyantap makanan, yakni dalam porsi yang tak terlalu kenyang dan tidak sedikit.

Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub dalam Kitabul-Aadab menyebutkan di antara adab makan adalah tidak terlalu banyak hingga kekenyangan, maupun terlalu sedikit sampai kelaparan.

Seorang muslim yang berlebihan ketika makan, maka bisa membuat badannya sakit dan mudah terserang penyakit. Tubuh yang terlalu kenyang dapat pula menjadi lemah dan berdampak malas untuk melaksanakan ibadah. Bahkan kebanyakan makan mampu membuat keras hati.

5. Banyak Tidur

Diriwayatkan bahwa Imam Ja’far Shadiq berkata: “Banyak tidur dapat menghilangkan agama dan dunia seseorang.”

Lalu, “Sesungguhnya Allah SWT membenci banyak tidur dan banyak menganggur.” Berikut wasiat beliau (cucu Rasulullah SAW) kepada Abdullah bin Jundub:

“Wahai Ibn Jundub, persedikitlah tidur di malam hari dan bicara di siang hari, karena tiada sesuatu di tubuh kita yang lebih sedikit rasa syukurnya daripada mata dan lidah.

Ibu Sulaiman pernah berkata kepada Sulaiman, Wahai anakku, hindarilah tidur yang berlebihan, karena ia membuatmu fakir di saat orang-orang membutuhkan amalan mereka.’ Wahai Ibn Jundub, sesungguhnya setan mempunyai buruan yang diburunya, maka jauhilah buruan dan umpan-umpannya.”

Ibn Jundub bertanya, “Wahai putra Rasulullah, apa itu?”

Imam as menjawab, ”Buruannya adalah akrabnya persaudaraan, sedang umpannya adalah tidur dari qadha salat yang telah Allah SWT tetapkan.

Padahal, tidak ada kepada Allah yang menyamai menengok dan menziarahi saudara. Celakalah orang yang lalai dari salatnya, yang tidur di tempat sunyi, yang mengejek Allah SWT dan ayat-ayatnya dengan mengentut.

Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan ampunan di akhrat. Allah SWT tidak akan menegur mereka di hari kiamat dan tidak menyucikan mereka, dan untuk mereka azab yang pedih.” (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini