Kemerdekaan RI Bukan Given dan Aneksasi
foto: ist
UM Surabaya

Dalam Rangkaian sejarah meraih Kemerdekaan sebuah Negara, Indonesia bisa dibilang satu-satunya atau setidaknya salah satu Negara di Dunia yang memperoleh Kemerdekaan bukan melalui hadiah (given), melainkan melalui proses defensif (mempertahankan diri) dengan cara perang mengusir para kolonialis.

Bukan pula meraih kemerdekaan dengan cara ekspansi, aneksasi atau menjajah dengan tujuan kolonialis (offensive).

Dalam berbagai literasi disebutkan Negara Malaysia, India, Australia memperoleh kemerdekaan melalui proses given dari negara-negara kolonialis seperti Inggris dan kroninya, Negeri Paman Sam Amerika meriah kemerdekaan dengan mengusir penduduk asli suku berkulit gelap dan semisalnya.

Pertempuran Diponegoro di Jawa Tengah, Perang Padri Pimpinan Imam Bonjol di Sumatra Barat, perang gerilya yang dipimpin Jenderal Besar Soedirman, Perang Aceh dipimpin Cut Nyak Dien, dan penjajahan di Sulawesi pimpinan Pattimura.

Juga Peristiwa 10 November oleh Bung Tomo dan kawan-kawan, merupakan rangkaian Panjang peristiwa pengusiran penjajah dalam rangka mempertahankan Tanah Air (defensif).

Semangat para kaum muda yang berkobar-berkobar seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Celebes, dan Jong-Jong yang lain merupakan ekpresi spirit defense yang memiliki kesamaan misi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Misi senasib dan seperjuangan sehingga terwujud komitmen agung yang menyatukan Nusantara, yakni berbangsa, berbahasa dan bertanah air satu Indonesia.

Tersebutlah cuplikan sejarah yang tidak banyak orang tahu, seperti yang dikutip oleh mantan Ketua MK Mahfud MD.

Dalam sebuah forum dia mengisahkan, sebelum Indonesia merdeka dan memproklamirkan diri pada tanggal 17 Agustus 1945, Jepang sempat menjanjikan akan memberikan “hadiah”‘ Kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus kepada Seokarno cs dengan beberapa persyaratan. Syarat itu disetujui oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Radjiman kala itu.

Dalam perjalanan pulang mereka dicegat oleh aktivis muda, Syahrir dan kawan-kawan yang tidak setuju dan menolak keras tawaran Jepang itu.

Syahrir dan kawan-kawan meminta Bung Karno sesegera mungkin memproklamasikan diri dan menyatakan kemerdekaan kepada Dunia. Opsi para aktivis muda ini jelas membuat Bung Karno cs geram dan jelas menolak keras ide itu.

Dan terjadilah peristiwa “penculikan” para aktivis muda kepada Bung Karno, Bung Hatta dan Radjiman. Mereka meminta dengan keras untuk mendeklarasikan kemerdekaan secepatnya.

Maka pada 16 Agustus 1946 malam itu, Soekarno pun membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan memutuskan “kesepakatan” dengan Jepang.

Di balik peristiwa itu ada kisah yang menggelitik, Bung Karno tidak puas atas pernyataan yang dipaksa membacakan teks kemerdekaan hanya di depan enam aktivis muda dan memaksa untuk “Deklarasi Ulang” melalui upacara resmi dan Proklamasi Kemerdekaan di siarkan melalui berbagai media, terutama Radio Republik Indonesia (RRI).

Maka, terjadilah momentum terbesar Bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1980 bertempat di Jalan Kebangsaan Timur 62, di halaman Rumah Abu Martak (pengusaha Arab), Proklamasi itu membucah ke penjuru Dunia.

Mempertahankan Kemerdekaan Itu Sunatullah

Sesungguhnya Kemerdekaan setiap hamba adalah fitrah dan tekad bebas dari segala penjajahan dan penindasan adalah fardu ‘ain.

Itulah mengapa Khalifah kedua, Sayyidina Umar bin Khattab radliyallahu ‘an darahnya mendidih begitu mendengar Istilah penindasan dan penjajahan sehingga melontarkan kalimat keras:

مَتَى اسْتَعْبَدْتُم النَّـــــــــاسَ وَقَدْ وَلَدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُمْ أَحْرَارًا؟

“Sejak kapan kalian memperbudak manusia, sedangkan ibu-ibu mereka melahirkan mereka sebagai orang-orang merdeka.” (Kitab al-Wilâyah ‘alal Buldân fî ‘Ashril Khulafâ’ ar-Râsyidîn)

Sayyidina Umar memang menyampaikannya dengan nada tanya, namun sesungguhnya ia sedang mengorek kesadaran kita tentang hakikat manusia.

Menurut dia, manusia secara fitrah adalah merdeka. Bayi yang lahir ke dunia tak hanya dalam keadaan suci tapi juga bebas dari segala bentuk ketertindasan.

Sebagai konsekuensinya, penjajahan sesungguhnya adalah proses pengingkaran akan sifat hakiki manusia. Karena itu Islam mengizinkan membela diri ketika kezaliman menimpa diri.

Bahkan, pada level penjajahan yang mengancam jiwa, umat Islam secara syar’i diperbolehkan mengobarkan perang dalam konteks mempertahankan diri (defensif).

Mengisi kemerdekaan

Hal utama yang patut dilakukan dalam menyambut hari Kemerdekaan adalah
mensyukuri secara sungguh-sungguh dan sepenuh hati atas anugerah kemanan atas agama dan negara kita dari belenggu penjajahan yang menyengsarakan.

Sebab, nikmat agung setelah iman adalah aman (a’dhamun ni‘ami ba‘dal îmân billâh ni‘matul aman).

Realisasi rasa syukur atas Kemerdekaan adalah dengan melakukan beberapa hal:
Pertama, mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Menjalankan syariat secara tenang adalah anugerah yang besar di tengah sebagian saudara-saudara kita di belahan dunia lain berjuang mencari kedamaian.

Umat Islam Indonesia harus mensyukurinya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada sang khaliq dan berbuat baik kepada sesama.

Perlombaan yang paling bagus hari Ulang Tahun Kemerdekaan ini adalah perlombaan menuju paling menjadi pribadi paling takwa karena di situlah kemuliaan dapat diraih.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurat: 13)

Yang kedua, mencintai negeri ini dengan memperhatikan berbagai kemaslahatan dan kemudaratan bagi eksistensinya. Segala upaya yang memberikan manfaat bagi rakyat luas kita dukung, sementara yang merugikan masyarakat banyak kita tolak.

Dukungan terhadap kemaslahatan publik bisa dimulai dari diri sendiri yang berpatisipasi terhadap proses kemajuan di masyarakat, andil bergotong royong, atau patuh terhadap peraturan yang berlaku.

Sebaliknya, mencegah mudarat berarti menjauhkan bangsa ini dari berbagai marabahaya, seperti bencana, korupsi, kriminalitas, dan lain sebagainya.

Inilah pengejawantahan dari sikap amar ma’ruf nahi munkar dalam pengertian yang luas. Ajakan kebaikan dan pengingkaran terhadap kemungkaran dipraktikkan dalam konteks pembangunan masyarakat.

Tujuannya, menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, adil, dan sejahtera. Termasuk dalam praktik ini adalah mengapresiasi ulil amri (pemerintah) bila kebijakan yang dijalankan berguna dan melakukan kritik yang ‘Konstruktif’ tidak asbun (asal bunyi) tanpa segan ketika kebijakan pemerintah melenceng dari kemaslahatan bersama.

Sehingga seluruh masyarakat berbagai suku bangsa, etnis dan agama memiliki kepentingan yang sama dalam rangka mewujudkan cita-cita para leluhur kita yang terukir dalam tinta konstitusi negara.

Yakni Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Jika di kongkret kan dalam bahasa teknis memiliki tujuan khusus yakni pola bernegara menuju Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam bahasa agama sering kita gunakan istilah negara yang baldatun thoyyibatun warobbun Ghofur, negara yang gemah ripah loh jinawi toto tentem karto raharjo  yang menjadi muara dari setia umat muslim Dunia. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini