Tahun Politik, Mubalig Muhammadiyah Harus Jadi Moral Force
Sholihin Fanani memberikan sambutan di depan peserta Rakerwil Majelis Tabligh PWM Jatim. foto: dedi
UM Surabaya

Di tahun politik, para mubalig Muhammadiyah harus mampu mengambil peran strategis dalam banyak hal, terutama dalam mengedukasi terhadap kondisi perpolitikan.

“Kita harus bisa menerima aspirasi masyarakat dan mengawal kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada umat,” tegas Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr Muhammad Sholihin Fanani, M. PSDM dalam sambutan di Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) 1 Majelis Tabligh PWM Jatim, Sabtu (19/8/2023)

Menurut Sholihin, mubalig Muhammadiyah harus berani bersuara dan penyambung lidah masyarakat, menyampaikan persoalan masyarakat dengan bijak dan bukan dengan kekerasan.

“Kita agak lemah dalam hal ini, sering mengeluh tanpa melakukan apa-apa. Padahal aspirasi kita ditunggu oleh masyarakat,” tegasnya.

Dia menambahkan, mubalig harus memberikan pencerahan dan pendampingan terhadap masyarakat, sehingga perilaku dan pola kehidupan sosial masyarakat semakin berkualitas.

“Mubalig Muhammadiyah harus menjadi moral force, menjadi teladan di masyarakat sehingga mereka menemukan panutan saat menghadapi berbagai persoalan,” tegasnya.

Mubalig Muhammadiyah, imbuh Sholihin, diharapkan agar lebih peduli dan menyatu dengan lingkungan masing-masing, sehingga tidak dianggap acuh dan kaku terhadap problem lingkungan.

“Kita Tidak eksklusif, tapi hamble. Bisa menyatu dengan masyarakat,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Sholihin juga menguraikan potensi besar dan pekerjaan rumah Muhammadiyah dalam menjawab persoalan keumatan.

Pertama, kekuatan berupa prinsip-prinsip kolektif dan kolegial dalam mengelola organisasi.

“Muhammadiyah itu memegang teguh prinsip jika semua keputusan berdasarkan kesepakatan bersama, sehingga tidak taqlid pada satu tokoh saja,” katanya

Kedua, potensi gerakan sosial yang mampu memandang dan memperlakukan semua kelompok secara proporsional.

“Bahasa kita butuh Muhammadiyah karena bisa nguwongke atau memanusiakan manusia,” terang

Ketiga, sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Muhammadiyah diakui dunia, hal itu dibuktikan dengan adanya cabang Istimewa di berbagai negara.

Secara SDM, Muhammadiyah mampu menjawab persoalan dan melayani kebutuhan umat di berbagai belahan Dunia,

“Lembaga pendidikan dan kesehatan Muhammadiyah ada di berbagai belahan Dunia. Ini bukti SDM kita bisa menjawab kebutuhan umat,” tutur Sholihin.

Sementara, imbuh dia, pekerjaan rumahnya juga sangat besar, terutama terkait kebutuhan dan terbatasnya jumlah mubalig.

“Disadari atau tidak, kondisi nyata kita adalah perkembangan mubalig Muhammadiyah lambat. Banyak permintaan mubalig yang belum bisa kita layanin dengan baik,” beber Sholihin.

Oleh karenanya, menyiapkan mubalig dan dai muda harus segera diformulasikan dengan baik.

“Mubalig muda harus diberikan ruang yang cukup. Ada kekurangan itu wajar, semua berproses dan terus dibimbing,” tambahnya.

Kata dia, salah satu langkah kongkret untuk menyiapkan mubalig adalah dengan melahirkan satu mubalig baru bagi setiap pimpinan di berbagai level

“Saya berharap setiap pimpinan harus mampu melahirkan satu mubalig atau dai muda. Mari kita berikan kesempatan anak-anak kita untuk tampil, mereka kita berikan ruang dan panggung yang cukup,” ujar Sholihin.

Ia juga memberikan catatan para Pimpinan Muhammadiyah sudah enggan membaca aturan organisasi, sehingga banyak yang salah paham atau kurang memahami konstitusi organisasi

“Hierarki organisasi kita banyak diakui publik, tapi jangan sampai pemahaman kita terhadap organisasi salah atau paham salah. Karena sekarang banyak pimpinan yang mulai malas membaca dan mempelajari sistem organisasi,” tandasnya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini