Peran Besar Muhammadiyah Nyata Menentukan Sejarah Kemerdekaan RI
Hajriyanto Y. Thohari
UM Surabaya

Banyaknya tokoh Muhammadiyah yang terlibat dalam pergerakan nasional membuat Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia (RI) untuk Lebanon, Dr. Hajriyanto Y. Thohari menyimpulkan bahwa sejarah kemerdekaan RI adalah sejarah Muhammadiyah.

“Melihat betapa besarnya peran tokoh-tokoh Muhammadiyah pada saat itu, pada masa menjelang kemerdekaan, pada masa kemerdekaan dan beberapa tahun setelah kemerdekaan memang orang tidak bisa mengingkari bahwa sejarah kemerdekaan adalah sejarah Muhammadiyah,” ujar dia dalam Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang digelar, Jumat petang (18/8/2023).

Diketahui, pahlawan nasional berlatar belakang Muhammadiyah memang mendominasi. Tercatat ada 22 nama pahlawan nasional dari Persyarikatan Muhammadiyah.

Pada penyusunan Pancasila, tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, hingga Ir. Sukarno juga menonjol.

Meski penulisan sejarah terkait peran tokoh Persyarikatan dianggap minim, peran kebangsaan Muhammadiyah, terang Hajriyanto, tetap konsisten dengan dilahirkannya dokumen Negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah pada Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015.

Dokumen ini, tutur dia, adalah peneguhan ideologi dan posisi politik Persyarikatan terhadap Pancasila dan NKRI.

Sebagai negara hasil perjanjian dan kesaksian, Darul Ahdi wa Syahadah merangkum cita-cita, bentuk, dasar, kewenangan dan tujuan negara Pancasila yang harus diwujudkan.

Untuk memperkaya pemahaman mengenai Darul Ahdi wa Syahadah, Hajriyanto juga menyarankan pada warga Persyarikatan untuk membaca buku Derita Seorang Pemimpin karya putra Ki Bagus Hadikusumo, yaitu Djarnawi yang mengisahkan perjuangan ayahnya saat terlibat dalam penyusunan Pancasila.

“Sangat penting dibaca buku ini, karena ini satu-satunya cerita tentang Ki Bagus Hadikusumo, dinamika yang terjadi di BPUPKI, PPKI, hingga interaksi Ki Bagus dengan Bung Hatta dan bagaimana keadaan setelah kemerdekaan,” urainya.

Penulisan sejarah dari sudut pandang tokoh Muhammadiyah seperti di atas, menurut Hajriyanto, juga penting untuk menggali identitas bangsa Indonesia sebagaimana bangsa Amerika saat menggali identitas pasca 200 tahun kemerdekaannya melalui gagasan John Winthrop tentang City Upon A Hill.

Kata dia, atas peran kebangsaan yang konsisten dari sebelum Indonesia merdeka hingga meraih kemerdekaannya, maka warga Persyarikatan sudah semestinya meneguhkan komitmen Darul Ahdi wa Syahadah dengan mengisi kemerdekaan melalui pengkhidmatan yang sebaik mungkin.

Hajriyanto menambahkan, yang paling penting adalah bagaimana kita mengisi kemerdekaan itu dan bagaimana kita mewujudkan apa yang dicita-citakan dan tujuan nasional dalam Darul Ahdi wa Syahadah.

“Yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia agar Indonesia menjadi negara adil, makmur sebagaimana yang dicita-citakan, bukan menjadi negeri Darul Fasad wal Risywah, negara korup dan penuh kerusakan,” jabarnya. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini