Dakwah Bil Lisan di Komunitas Khusus Kurang Dibutuhkan
Saad Ibrahim
UM Surabaya

Mengungkapkan strategi dakwah di kawasan minoritas muslim, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Saad Ibrahim menekankan tentang pentingnya konteks dan objek dakwah yang berbasis komunitas.

Dalam hemat Kiai Saad, begitu dia karib disapa, dakwah bukan sebatas teori-teori yang melangit. Melainkan juga seorang mubalig harus ikut merasakan denyut nadi obyek dakwah. Merasakan kehidupan masyarakat yang berbeda.

Menyikapi dakwah Muhammadiyah di kawasan timur Indonesia, Saad mengatakan bahwa tidak mengapa sekolah Muhammadiyah atau Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) lain menerima siswa atau membantu dari kalangan non muslim.

“Ini kalau ditulis dengan bagus mapping-nya, akan penting bagi generasi-generasi berikutnya. Ini hal yang sangat strategis untuk memahami itu,” jelas Kiai Saad dalam sesi I Rakornas LDK PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jumat malam (25/8/2023).

Kata Kiai Saad, berdakwah di komunitas khusus, lebih-lebih kelompok muslim di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), dakwah bil lisan kurang begitu dibutuhkan oleh mereka.

Sebab yang mereka butuhkan adalah aksi nyata, melalui pelayanan sebaik-baiknya bagi mereka.

Namun demikian, Kiai Saad juga mengajak supaya mubalig Muhammadiyah memiliki penguasaan public speaking yang baik. Misalnya menyampaikan materi-materi yang berat dengan cara yang ringan, riang, dan menggembirakan.

“Kita petakan betul karakter-karakter mad’u kita. Perlu dirumuskan metode dakwah sesuai dengan karakter masing-masing. Ini hemat saya memang bukan pekerjaan yang gampang,” ungkap Kiai Saad.

Kiai Saad juga sepakat dengan yang disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, bahwa dakwah tidak boleh dengan keras.

Berkaca dari sejarah umat Islam di Indonesia, yang menurutnya bukan melalui penaklukan tetapi dakwah, sehingga umat Islam di Indonesia menjadi mayoritas.

Terkait dengan kondisi yang dihadapi oleh tiap-tiap wilayah Muhammadiyah yang bervariasi, menurut Kiai Saad, menjadi alasan kuat supaya dakwah tidak dilakukan secara gebyah uyah (menyamaratakan).

Melainkan perlu dipetakan dengan rapi dan baik, supaya dakwah menjadi efektif. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini