Meminimalisasi efek negatif dari disrupsi digital, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk membentuk Pandu Digital.
Selain memberikan literasi digital kepada masyarakat, Pandu Digital juga mendorong pengenalan kode etik netizen Muhammadiyah (NetizMu) yang dirumuskan oleh Persyarikatan Muhammadiyah melalui Sembilan Poin Akhlaqul Sosmediyah.
Kolaborasi ditandai dengan Seminar dan Workshop Pembentukan Pandu Digital di Aula Lantai 6 Masjid At-Tanwir PP Muhammadiyah di Jakarta, Sabtu (26/8/2023).
Pembentukan Pandu Digital diikuti oleh pimpinan majelis, lembaga dan biro serta perwakilan organisasi otonom, pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Jabodetabek, pimpinan PTM Yogyakarta, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta.
Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini. Dengan Pandu Digital, dia berharap masyarakat Indonesia tidak terseret oleh ekses negatif dunia digital.
“Kelemahan literasi bukan hanya di Muhammadiyah saja, tetapi seluruh bangsa kita. Dari 1000 orang hanya seorang yang melek membaca,” ungkapnya.
Selain itu Dadang juga berharap akselerasi sistem digitalisasi di Muhammadiyah yang telah dibahas pada Muktamar ke-48 semakin cepat terwujud.
“Di Muhammadiyah sendiri kami sedang menjalankan digitalisasi, dimulai seminar Pra-Muktamar di UAD yang lalu, untuk membahas bagaimana lima tahun ke depan menyukseskan digitalisasi di Muhammadiyah,” ujarnya.
Menyambung Dadang, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muchlas mengatakan kerja sama terkait transformasi digital MPI dengan Kemkominfo sangat bermanfaat karena Muhammadiyah memiliki banyak AUM, terdiri atas PTM dan Aisyiyah, sekolah dasar hingga PAUD.
“Kita memiliki 171 PTM, sepertiganya berbentuk universitas. Ini jadi sasaran literasi digital, ribuan SMP dan tingkat madrasah tsanawiyah (MTs), PAUD dan TK lebih dari 20 ribu,” katanya.
Angka itu, kata Muchlas menjadi modal penting untuk mengarahkan bangsa Indonesia selamat dari efek negatif disrupsi. Apalagi disrupsi digital kini telah merambah dunia pendidikan dan industri.
“Oleh karena itu, dari tiga aspek revolusi industri 5.0, peran manusia mulai didominasikan, robot hanya membantu manusia, bukan mengganti manusia sehingga literasi digital sangat diperlukan dalam membekali seluruh lapisan khususnya dalam bidang pendidikan. Sekolah-sekolah harus dibekali sehingga perlu disiapkan para pemandu untuk sekolah-sekolah dan PTM,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan Kemkominfo, Bambang Tri Santoso mengatakan Kemkominfo sedang gencar melakukan gerakan literasi digital.
“Ini penting karena indeks literasi digital kita masih tertinggal. Untuk ketertinggalan itu mari sama-sama berkolaborasi karena Muhammadiyah merupakan organisasi yang besar untuk membantu pemerintah melaksanakan literasi digital,” katanya. Pandu Digital adalah fasilitator untuk pendamping masyarakat pendidikan, wisata, UMKM, petani nelayan dan pendampingan desa.
“Pandu digital juga concern melakukan literasi pandu digital ke masyarakat. Kami berterima kasih Muhammadiyah tanggap cakap digital, aman digital, budaya digital, etika digital,” tutupnya. (afn/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News