Ketika Menolak Ajaran Profetik dan Kehinaan Bani Israil
foto: ist
UM Surabaya

Nama Israil yang diambil dari Bani Israil merupakan gelar yang diberikan Allah kepada Nabi Ya’kub. Dia merupakan hamba yang menggantungkan dirinya kepada Allah dengan mentauhidkan dan menyerahkan urusannya kepada Allah.

Namun dalam perjalanannya, Bani Israil bergeser menjadi sosok kaum yang membangkang kepada setiap perintah Allah.

Alquran merekam catatan yang sangat rinci bahwa Bani Israil menolak untuk bertauhid dan berjihad namun mengorientasikan dirinya mendapatkan kekayaan duniawi.

Karena orientasi duniawi hingga menciptakan kerusakan di dunia ini, sehingga tertimpa kehinaan hidup.

Bani Israil dan Yahudi

Bani Israil secara sosiologis merupakan nama yang agung, karena merujuk pada sosok Nabi Ya’kub. Nabi Ya’kub manusia yang bertauhid yang melahirkan generasi Nabi Yusuf yang menjadi manusia terbaik di eranya hingga diangkat menjadi raja.

Namun dalam perjalanannya mengalami pergeseran, di mana Bani Israil merupakan generasi yang membangkang dan menolak untuk tunduk pada hukum.

Mereka dikenal Yahudi. Hidup mereka mengedepankan kepentingan duniawi seperti kekuasaan dan ekonomi.

Sejarah mencatat bahwa Yahudi merupakan kaum pembangkang termasuk kepada Nabi Musa yang diutus untuk membebaskan mereka dari kekejaman Fir’aun.

Nabi Musa diutus Allah kepada mendatangi Fir’aun yang telah lama menindas Bani Israil. Fir’aun merupakan sosok manusia sombong, bengis, dan kejam.

Dia berbuat sewenang-wenang dengan menindas orang-orang bani Israil. Hal ini diabadikan Alquran sebagaimana firman-Nya :

“Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas :  4)

Fir’aun bukan menjadi sosok negarawan yang berintegritas, tetapi culas dan menghalalkan segala cara untuk berkuasa sepanjang hayatnya. Dia layak disebut sebagai penguasa yang memecahbelah dan menindas lawan politiknya.

Bahkan dia mengeluarkan kebijakan politik yang membunuh bayi laki-laki. Hal ini karena Fir’aun percaya kepada dukun yang menyatakan akan lahirnya seorang laki-laki yang akan menumbangkan kekuasaannya.

Fir’aun berkuasa ditopang oleh empat pilar. Pertama, konglomerat. Hal ini direpresentasikan oleh Qarun. Qarun berorientasi mengumpulkan harta kekayaan dan properti.

Kedua, teknokrat. Ini dipresentasikan oleh Hamman, seorang teknokrat yang menguasai teknologi. Dia menjadi pemasok yang memenuhi kebutuhan Fir’aun dan menteri segala urusan.

Ketiga, Al Mala’ yakni elite kelas menengah yang menasihati dan membenarkan seluruh keinginan Fir’aun.

Keempat, tukang sihir, yakni para normal (dukun-tukang sihir). Semua komponen ini disatkan Fir’aun guna menindas masyarakatnya.

Al-Qur’an merekam bahwa tukang sihir ini merupakan satu di antara empat pilar yang memiliki integritas yang bagus, di mana ketika melihat mukjizat berupa tongkat Nabi Musa berwujud ular biologis, maka mereka langsung menyungkur sujud.

Karena ular itu benar-benar makhluk hidup, bukan ular-ularan yang hanya menyihir mata-mata yang tertipu.

Sebagai penyihir yang obyektif, jujur, dan integritas itulah membuat mereka bergeser menjadi orang beriman meskipun diancam kehilangan nyawa sebagaimana yang dituturkan Fir’aun.

Misi Nabi Musa

Nabi Musa diutus setidaknya memiliki tiga misi. Pertama, mengajak Fir’aun untuk bertauhid. Kedua, meminta agar Firaun membebaskan Bani Israil. Ketiga, mengajak Bani Israil berjuang untuk kembali ke Yerussalam.

Fir’aun menolak ajakan bertauhid meskipun Nabi Musa menunjukkan 7 musibah. Ketika setiap musibah datang, Fir’aun meminta Nabi Musa untuk membebaskan musibah itu dan berjanji akan beriman kepada agama Nabi Musa.

Musibah berupa kemarau panjang, topan, belakang, kutu, katak, darah (QS : Al-Araaf : 133) tidak membuatnya tersugesti untuk pindah kepada agama Nabi Musa.

Bahkan dia selalu menebar janji politik dengan mengikuti agama Nabi Musa bila musibah hilang. Namun ketika musibah lepas, Fir’aun kembali berbohong, bersikap sombong dan kecongkakannya semakin terbuka.

Allah pada akhirnya menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya dengan mengubur sejarah manusia yang congkak dan sombong itu, hingga bisa membebaskan Bani Israil dari penindasannya.

Setelah Bani Israil dibebaskan dari penindasan Fir’aun, namun mereka menolak ketika diajak bertauhid dan berjihad untuk merebut Palestina.

Dengan kata lain, Bani Israil hanya mengakui Nabi Musa sebagai pemimpin pembebasan saja tapi menolak bertauhid dan merebut Palestina.

Bukti bahwa Bani Israil menolak tauhid, ketika meminta dibuatkan berhala sesaat setelah dibebaskan dari penindasan Fir’aun.

Atas tragedi ini, Nabi Musa memvonisnya sebagai orang bodoh. Betapa tidak, Allah baru saja menyelamatkan dari kejaran Fir’aun dan melihat langsung pertolongan Allah berupa air laut yang menenggelamkan Fir’aun di sungai Nil beserta bala tentaranya.

Bukti menolak tauhid ditunjukkan ketika Nabi Musa menghadap Allah selama 40 hari dan menyerahkan kenabian kepada Nabi Harun, maka mereka menyembah patung sapi yang dikomandani Samiri.

Samiri mengajak orang Yahudi untuk menyembah patung sapi, termasuk meminta kepada Nabi Musa untuk melihat Allah (QS. Al-Araf : 142)

Karakter buruk Bani Israil yang lain adalah menolak perintah untuk berperang di Yerussalam. Mereka bukan hanya menolak, tetapi justru memerintahkan Nabi Musa untuk berjuang sendiri bersama Tuhannya.

Mereka memilih duduk-duduk dan menunggu kemenangan perang yang dilakukan Nabi Musa dan Tuhannya.

Bani Israil merupakan sosok yang sangat pragmatis dan memilih hidup nyaman. Ketika menolak mentauhidkan Allah dan menolak jihad itulah membuat mereka hidup terhina.

Dua karakter buruk warisan Bani Israil ini banyak diwarisi oleh sebagian generasi muslim modern yang menolak untuk bertauhid, dengan memberhalakan duniawi serta mematikan ruh jihad.

Orientasi duniawi inilah sebagai akar menolak tauhid dan menolak jihad. Karakter inilah yang membuat mereka menjadi hina sebagaimana yang menimpa Bani Israil sebelumnya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini