Pesawat Kehidupan
Miftahul Qornain. foto: dok/pri
UM Surabaya

*) Oleh: Miftahul Qornain
Anggota Korps Mubaligh Muhammadiyah Situbondo

Saya tidak memiliki basic pendidikan agama formal, sehingga ketika dihubungi untuk mengisi ceramah, sempat terbesit untuk menghindar. Akan tetapi ketika ingat akan motivasi yang acap kali diucapkan mentor saya, maka tersingkirlah keraguan itu.

Dua orang mentor saya itu tokoh Muhammadiyah di Jember, namanya Drs.Ec. Sutjipno
dan Drs. Baharuudin Rasyid.

Saya lebih akrab dengan Mas Tjipno, begitu saya memanggilnya. Sebab selisih usia tidak begitu jauh, yaitu ketika beliau Ketua HMI Cabang Jember, saya anggotanya. Dan saat beliau asisten dosen Fakultas Ekonomi Unej, saya menjadi mahasiswanya.

Dari sekian banyak kesan, yang paling berkesan bagi saya, beliau sering memberi nasihat dengan pantun Madura:

Bis akas jàk muak mangsèn/Motorra muak bàlèwa/
Mon èberrik tugas jàk ampo absèn/Mentorra mak tak kecèwa

Bis Akas mengangkut tinta/Motornya mengangkut blewa
Kalau dikasih tugas jangan sering absen/Mentornya ben gak kecewa

Begitulah cara beliau memotivasi kadernya, sehingga si fakir ilmu ini menyatukan hati dan pikiran memberanikan diri memenuhi harapan kawan-kawan di sini.

Padahal sehari-hari, walaupun masih amatiran, kebiasaan saya lebih cenderung kepada penyair. Oleh karena itu, harap maklum jika nanti dalam paparan ada terselip kalimat yang dipuitis-puitiskan.

Mengadopsi pola yang diajarkan mentor tadi, saya coba memadukan dalil naqli dan aqli. Sebab Islam adalah agama yang berdasarkan iman dan ilmu sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Mujadilah: 11

“…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”

Jadi, ajaran Islam adalah ajaran berlandaskan iman dan ilmu. Iman ada di dalam hati, ilmu ada di dalam akal pikiran. Berarti, Islam adalah ajaran yang menuju hati dan akal pikiran.

Kebenaran ajaran Islam dapat diresapi oleh hati, dan dapat dipikirkan oleh akal pikiran. Akan tetapi, titik berat penekanannya harus kepada iman, sebab ilmu pengetahuan baru dapat membuktikan kebenaran informasi Alquran setelah beberapa waktu berlalu.

Menurut para mufasir, info yang bersifat ukhrawi akan Allah buktikan di akhirat, sedang yang bersifat duniawi akan manusia ketahui di dunia.

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ ﴿ ٨٧

87. “Alquran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.”

وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ ﴿ ٨٨﴾

88. “Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Alquransetelah beberapa waktu lagi.” (QS Shad: 87-88)

Oleh karena itu, saya mengambil tema “Pesawat Kehidupan”. Tentu yang dimaksud pesawat di sini adalah bagaikan pesawat terbang yang bisa mengangkut hidup dan kehidupan manusia naik ke langit tinggi.

Hanya saja, karena yang diangkut adalah kehidupan, maka pesawatnya harus lebih besar, lebih halus, lebih cepat, bahkan lebih lambat dari makhluk Allah yang lain sejak dahulu hingga akhir zaman nanti.

Perlu dicatat, bahwa yang menjadi pokok bahasan nanti adalah hidup dan kehidupan manusia, terutama tentang kemana dia menuju. Nah “Pesawat Kehidupan” itulah yang akan membawa dan mengantarkannya.

Selamat menyimak, semoga Ridho Allah senantiasa bersama kita, aamiin ya rabbal ‘alamin.

Waktu 

اَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

هَلْ اَتٰى عَلَى الْاِ نْسَا نِ حِيْنٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًـا مَّذْكُوْرًا

1. “Bukankah telah datang kepada manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”

اِنَّا خَلَقْنَا الْاِ نْسَا نَ مِنْ نُّطْفَةٍ اَمْشَا جٍ ۖ نَّبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيْعًۢا بَصِيْرًا

2. “Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.”

اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَا كِرًا وَّاِمَّا كَفُوْرًا

3. “Sesungguhnya, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan (yang lurus); ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.”

اِنَّاۤ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ سَلٰسِلَاۡ وَاَ غْلٰلًا وَّسَعِيْرًا

4. “Sesungguhnya, Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir, rantai, belenggu, dan neraka yang menyala-nyala.” (QS Ad-Dahr: 1-4)

Berdasarkan Firman Allah dalam Surat Ad-Dahr atau Al-insan tersebut di atas, Allah menginformasikan tentang waktu dalam kaitannya dengan manusia.

Utamanya mengenai cobaan yang akan dihadapi manusia, baik mengenai perintah maupun larangan-larangan Allah. Berikut konsekuensi logis yang akan diterima manusia sebagai akibat ketaatan dan kekufurannya kepada Allah.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan waktu?

Menurut KBBI/Wikipedia, waktu adalah rangkaian saat (detik) ketika proses keadaan tengah berlangsung.

Tentu bagi orang-orang beriman, meyakini bahwa proses keadaan telah terjadi sejak langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya diciptakan Allah.

“…مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى…”

“…Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan…”(QS Ar-Rum: 8)

Kemudian KBBI/Wikipedia, memberikan penjelasan tambahan, bahwa di dalam Waktu ada yang disebut sebagai skala waktu yang merupakan interval dari dua keadaan/peristiwa, atau lama berlangsungnya suatu kejadian.

Contoh:

Sejak awal kita memulai kegiatan pengajian ini sampai selesai nanti, itu disebut sebagai skala waktu.

Padahal pada saat yang bersamaan, banyak skala waktu terjadi di luar kegiatan kita, akan terapi kita sama sekali tidak tahu.

Kita tidak tahu apa yang terjadi di luar sana pada saat bersamaan. Kita tidak tahu apa yang terjadi di perut bumi saat ini pada saat bersamaan.

Kita tidak tahu apa yang terjadi di tengah samudra pada saat bersamaan. Kita tidak tahu apa yang terjadi diangkasa raya dengan bintang-bintangnya yang bermilyar-milyar pada saat bersamaan.

Sebab yang kita ketahui hanya sebatas dalam Skala Waktu di mana kita terlibat sebagai pelaku. Sedang dalam Skala Waktu lainnya, kita sama sekali tidak tahu.

Jadi, definisi KBBI/Wikipedia itu merupakan cerminan kemampuan maksimal pikiran manusia dalam mengungkapkan sesuatu yang tidak diketahui secara pasti.

Waktu merupakan ruang lingkup dari seluruh gerakan makhluk Allah yang lain, mulai dari yang paling lambat sampai kepada yang paling cepat, termasuk gerakan manusia.

Jadi, waktu bagaikan Pesawat Kehidupan yang siap mengantarkan ke mana tujuan hidup manusia menuju.

Apabila kita benar-benar beriman, maka pedoman kita adalah:

انَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

“Sungguh kita milik Allah dan sungguh kepada-Nya kita kembali.” (QS Al-Baqarah: 156)

Dengan demikian kita hanya beribadah kepada Allah, dan tujuan hidup kita adalah kembali kepada Allah, maka waktu siap mengantarkan kita kepada Allah

ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ

“…Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka…” (Al-An’am: 108)

Sedangkan bagi orang-orang yang tidak beriman atau tidak beribadah kepada Allah, maka kepada yang mereka sembah itulah waktu akan mengantarkannya. Padahal yang selain Allah itu bersifat nisbi atau tidak pasti.

Dengan demikian, Waktu akan mengantarkan mereka kepada hakikat ketidakpastian, yaitu neraka.

اِنَّاۤ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ سَلٰسِلَاۡ وَاَ غْلٰلًا وَّسَعِيْرًا

“Sesungguhnya, Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir, rantai, belenggu, dan neraka yang menyala-nyala.” (QS Ad-Dahr: 4)

Kegiatan Satu Jalur 

Dengan demikian menjadi jelas, bahwa pengetahuan manusia tentang waktu, hanya sedikit sekali.

Manusia tidak pernah mengetahui apa itu waktu secara esensial. Sebab rentangan waktu menghampar luas tanpa batas.

Membentang panjang tidak berujung tidak bertepi. Sekelumit kesempatan yang dilalui manusia, hanya titik kecil dari hamparan waktu yang tak terhingga.

Sekali melangkah, manusia tak dapat melaluinya lagi. Sedekat apa pun waktu yang dilintasi, teramat jauh untuk dijangkau lagi; Sebab waktu terus merambah maju dan tidak pernah surut.

Bermiliar-miliar sejarah dan peristiwa terkubur dalam genggamannya. Manusia tak pernah mampu menguak masa lalu dengan sempurna. Pada saat yang sama, manusia juga tak mampu menembus dan menerobos masa depan. Sebab manusia selalu bergerak dalam situasi kontemporer.

Waktu penuh misteri dengan segala dimensi dan relativitasnya. Demikian penting arti Sang Waktu, sehingga Allah memberi petunjuk agar manusia mengisinya dengan kegiatan satu jalur, yaitu iman, amal Saleh, benar dan sabar. Salat adalah langkah pasti dalam menapaki waktu.

وَالْعَصْرِۙ ١

1. Demi masa,

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ٢

2. sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian,

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ ٣

3. kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. (QS Al Ashr: 1-3)

Bergerak

Semua yang diciptakan Allah selalu bergerak, sebab semua benda pada prinsipnya merupakan kumpulan dari berbagai jenis atom yang elektron-elektronnya terus bergerak.

Tiang-tiang beton yang kita lihat seolah diam, namun sebenarnya dia bergerak, hanya kita tidak melihatnya. Itu berada dalam ruang lingkup waktu.

Kita pernah melihat cacing dan siput yang meliuk-liuk dan beringsut-ingsut dengan lambat. Itu berada dalam ruang lingkup waktu.

Kita pernah melihat kilat, gerakan cahaya petir yang amat cepat. Itu juga berada dalam ruang lingkup waktu.

Bumi yang kita pijak setiap saat ini sebenarnya selalu bergerak dengan cepat, hanya kita tidak merasakannya.

Menurut ahli fisika, bumi berputar:

– Pada Porosnya dengan kecepatan 1.770 km/jam;
– Pada Orbitnya mengelilingi Matahari dengan kecepatan 108.000 km/jam;
– Bersama Matahari mengelilingi Gugusannya dengan kecepatan 782.000 km/jam;
– Bersama gugusannya mengelilingi Supercluster dengan kecepatan 2.000.000 km/jam;
– Bersama supercluster mengelilingi sesuatu yang lebih besar dengan kecepatan tak terhingga (tidak diketahui manusia).

Semua itu juga berada dalam ruang lingkup waktu.

Jadi, pada prinsipnya kita semua bergerak dengan kecepatan tinggi yang ukurannya tiada hingga, dan Waktu sebagai Pesawat Kehidupan yang mewadahi segala gerakan makhluk-Nya pasti bergerak relatif lebih cepat dari gerakan makhluk-Nya yang paling cepat, namun sekaligus relatif lebih lambat dari gerakan makhluk-Nya yang paling lambat.

Aneh bukan? Itulah salah satu kekuasaan Allah.

Lalu pernahkah kita merenung, bagaimana andai bumi ini berhenti bergerak dan berputar 1 detik saja?

Tentu semuanya akan berhamburan dan kita tidak lagi berwujud manusia. Akan tetapi berkat Rahman dan Rahim Allah, semua itu tidak terjadi. Allah hanya bertanya kepada kita:

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”

Lepas Landas dan Mendarat 

Salat adalah langkah pasti dalam menapaki Waktu, dan di sinilah kita harus sangat sangat bersyukur karena dipilih Allah menjadi orang beriman dan berusaha untuk selalu Islam (berserah diri) kepada-Nya.

Sebab hanya orang Isam saja yang diberi fasilitas menaiki pesawat kehidupan bernama waktu, melalui simpul-simpul waktu yang Allah tetapkan.

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

“Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagia permulaan daripada malam.

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS Hud: 114)

Menurut mufasir, yang dimaksud kedua tepi siang dalam ayat tersebut adalah waktu subuh, zuhur, dan asar. Yang dimaksud bagian dari permulaan malam adalah Waktu maghrib dan isya.

Dan yang dimaksud perbuatan yang baik dalam ayat tersebut adalah salat, sebab ayat tersebut berbicara tentang salat.

Jadi, ketika orang beriman menunaikan salat sesuai waktu yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, maka dia bagaikan menaiki pesawat lalu Lepas Landas terbang naik ke langit tinggi kembali ke tempat asal muasal kita dicipta Allah, surga.

Apabila kita istikamah mendirikan salat, berarti kita menaiki Pesawat Kehidupan secara tepat dan benar yang membuat jiwa raga kita tenang karena selalu memenuhi panggilan Allah dan menunaikan perintah-Nya.

Dan begitu masa edar kita habis, maka kita akan “mendaran” dengan tenang pula menuju tempat yang Allah janjikan, yaitu SURGA, insya Allah…

يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ

27. Hai jiwa yang tenang.

ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.

فَادْخُلِى فِى عِبٰدِى

29. “Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku”

وَٱدْخُلِى جَنَّتِى
30. Masuklah ke dalam surga-Ku. (QS Al-Fajr: 27-30)

Demikian, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan bahan kajian terutama bagi kawula muda Islam untuk pengembangan lebih lanjut. (*)

Daftar Pustaka:

1. Al Qur’anul Karim;
2. Al Qur’an dan Tarjamah
(Depag RI);
3. Al-Lu’lu’ wal Marjan
(Muhammad Fuad Abdul Baqi-2014 M/1435 H);
4. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah;
5. Ayat-Ayat Semesta
(Agus Purwanto, D.Sc-2007);
6. Nalar Ayat-Ayat Semesta;
(Agus Purwanto, D.Sc-2012);
7. Manhaj Gerakan Muhammadiyah
(Dr. Haedar Nashir-2012);
8. Konsepsi Masyarakat Islam Modern;
(Dr. Fazlur Rahman al-Anshari-1985);
9. Rumaysho.com;
10. KBBI & WikipediA;
11. Al-Qur’ an dan Genetik (Info Dr. Ahmad Khan);
12. Artikel terkait tema di Medsos.

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini