Otoritas Allah di Puncak Kejahatan Profetik
foto: baztab
UM Surabaya

Ketika manusia melakukan puncak kejahatan profetik yang bersifat masif hingga tidak ada yang bisa menghentikannya, maka Allah lah yang akan mengakhiri kejahatan itu.

Ketika Fir’aun melakukan penyiksaan kepada rakyat secara leluasa dan membunuh bayi laki-laki secara masif tanpa ada satu pihak pun yang menghentikannya, maka Allah menenggelamkan dia dan pasukan pendukungnya.

Demikian pula ketika kaum Nabi Luth bertindak keji dan masif tanpa batas, di mana lelaki bersetubuh dengan sesamanya.

Pada saat itu, tidak ada lagi pihak-pihak yang mampu menghentikannya, maka Allah menghukum mereka dengan menghujani batu hingga tewas semuanya.

Fir’aun dan Kejahatan sosial

Islam merupakan ajaran yang menginginkan tegaknya keadilan, dan cara mengajarkannya penuh dengan kelembutan dan kesantunan. Namun tidak sedikit sekelompok manusia yang melakukan kejahatan tanpa memiliki belas kasih.

Telah hilang empati kemanusiaannya, hingga menjadi ancaman bagi siapa saja yang melakukan penolakan terhadapnya. Alquran merekam kejahatan Fir’aun yang hilang rasa belas kasihnya, hingga membunuh bayi laki-laki.

Hal ini karena adanya bisikan yang kuat pada Fir’aun bahwa kekuasaan akan runtuh, dan pelakunya adalah seorang laki-laki.

Sejak menerima informasi itu, maka Fir’aun memerintahkan kepada para prajuritnya untuk mengawasi seluruh perempuan yang sedang hamil. Apabila didapati lahir seorang anak laki-laki, maka harus dibunuh.

Sejak kebijakan itu berlaku, maka para tentara senantiasa mengawasi setiap Perempuan yang hamil dan mengeksekusi setiap bayi laki-laki yang lahir. Inilah kekejaman dan kebengisan Fir’aun. Kekejaman ini tidak ada satu pun pihak yang melarang atau menghentikannya.

Hal diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:

وَاِ ذْ قَا لَ مُوْسٰى لِـقَوْمِهِ اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ اَنْجٰٮكُمْ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَسُوْمُوْنَـكُمْ سُوْٓءَ الْعَذَا بِ وَ يُذَبِّحُوْنَ اَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَآءَكُمْ ۗ وَفِيْ ذٰ لِكُمْ بَلَآ ءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir’aun; mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, dan menyembelih anak-anakmu yang laki-laki, dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; pada yang demikian itu suatu cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (QS. Ibrahim :  6)

Di puncak kekuasaannya, Fir’aun tidak ada yang berani menghentikan kejahatannya. Dia begitu leluasa melakukan penyiksaan bagi siapa saja yang membangkang perintahnya, atau membunuh para penentangnya.

Puncak kejahatan ketika membunuh bayi laki-laki yang baru lahir. Pada saat yang sama Nabi Musa senantiasa berupaya melembutkan hati Fir’aun agar mengingat dan kepada Allah, sebagai Pencipta dan Pemelihara alam semesta.

Di saat tidak ada satu pun kekuatan yang mampu menghentikannya, maka Allah bertindak langsung dan mengeksekusinya dengan cepat.

Allah menenggelamkan dia ke laut beserta tentaranya. Hilanglah sejarah kehidupan Fir’aun yang kejam dan bengis dari permukaan bumi.

Kaum Luth dan Hujan Batu

Kita juga mencatat sejarah kejahatan kaum Nabi Luth, yang berhomo seksual. Mereka para lelaki tidak memiliki hasrat kepada Perempuan. Para lelaki sangat tertarik kepada sesama jenis dan perbuatan keji mereka dilakukan secara terbuka.

Perbuatan keji itu meluas hingga tak ada pun menghentikan. Bahkan tamu Nabi Luth, malaikat yang menyamar sebagai manusia, pun terancam untuk dijadikan korban. Nabi Luth pun sangat cemas dan khawatir akan keselamatan tamunya.

Pada saat itulah, dia memasrahkan urusannya kepada Allah. Allah pun bertindak secara langsung dengan mengirim batu kepada seluruh pelaku homoseksual itu. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:

فَلَمَّا جَآءَ اَمْرُنَا جَعَلْنَا عَا لِيَهَا سَا فِلَهَا وَاَ مْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَا رَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ ۙ مَّنْضُوْدٍ

“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkir-balikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar,” (QS. Hud 11: Ayat 82)

Kalau umumnya hujan air, namun kali ini terjadi hujan batu. Allah bertindak secara langsung terhadap pelaku kejahatan itu. Manusia tidak mampu melakukan tindakan berat melempar batu.

Hanya Allah yang bisa melakukan hal itu. Allah bertindak secara langsung guna menghukum kaum yang melampaui batas.

Apa yang dilakukan oleh Fir’aun ketika berlaku kejam dengan membunuh bayi laki-laki. Pada saat itu tidak ada satu pun yang bisa menghentikannya.

Demikian pula perbuatan kaum Sodom (kaum Nabi Luth) yang melakukan perbuatan yang menjijikkan dan siapa pun yang melihatnya tak mampu menghentikannya.

Ketika perbuatan jahat itu meluas dan tak ada satu pun kekuatan yang bisa menghentikannya. Masyarakat pun takut dan gelisah namun tak bisa melakukan apa-apa.

Mereka hanya pasrah dan menginginkan tindakan Allah untuk menghentikannya. Allah pun tidak mendengar keluhan dan kekhawatiran para hamba-Nya yang tak berdaya melihat kejahatan yang terus menerus meningkat hingga pada puncaknya.

Di saat puncak kejahatan itulah maka Allah bertindak langsung. Hal ini sebagaimana dinarasikan Alquran sebagai berikut :

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ غَا فِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظّٰلِمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيْهِ الْاَ بْصَا رُ

“Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,” (QS. Ibrahim :  42)

Allah tidak mungkin membiarkan kejahatan manusia yang terus menerus mengancam dan membawa kekhawatiran di tengah masyarakat.

Pada saat tidak mau menerima nasehat yang disampaikan para utusan-Nya, dan bahkan kejahatannya semakin meningkat, maka Allah dengan otoritasnya bertindak langsung menghentikannya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini