*) Oleh: Furkan Abidin Ali S.H.I
Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim
Kaum muslimin pasti menginginkan dicintai oleh Allah SWT. Karena hal itu akan menjadi mereka terpilih di hadapan Allah SWT.
Ada beberapa tanda dan keadaan manakala seorang mukmin dicintai Allah SWT. Salah satunya akan dimudahkan baginya pemahaman terhadap agama dan pengamalan terhadap agamanya.
Dalam hadis Qudsi Riwayat Imam Ahmad, Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ
“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan kepada yang tidak dicintai, namun tidak memberikan agama kecuali kepada orang yang dicintai-Nya.
Maka, barang siapa yang Allah berikan agama, berarti Allah mencintainya.” (HR Ahmad).
Para sahabat Rasulullah saw yang mulia dimudahkan untuk memahami agama. Hal itu disebabkan mereka hidup bersama Rasulullah. Segala permasalahan langsung ditanyakan kepada Rasulullah.
Akan tetapi, bersamaan dengan itu terdapat kaum pembenci yang memusuhi orang-orang yang mencari cinta dan rahmat Allah itu.
Mereka bahkan menantang Allah SWT dan membunuh para nabi dan rasul-Nya. Alquran merekam jejak para pembenci jauh sebelum Rasulullah.
Perbuatan jahat itu meluas dan tak ada satu pun kekuatan yang bisa menghentikannya. Masyarakat pun takut dan gelisah, namun tak bisa melakukan apa-apa.
Di saat puncak kejahatan itulah, maka Allah bertindak langsung. Hal ini sebagaimana dinarasikan Alquran sebagai berikut:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,” (QS. Ibrahim: 42)
Fir’aun dan Kejahatan Sosial
Tidak sedikit sekelompok manusia yang melakukan kejahatan tanpa memiliki belas kasih. Telah hilang empati kemanusiaannya, hingga menjadi ancaman bagi siapa saja yang melakukan penolakan terhadapnya.
Alquran merekam kejahatan Fir’aun yang hilang rasa belas kasihnya, hingga membunuh bayi laki-laki.
وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهِ اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ اَنْجٰىكُمْ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَسُوْمُوْنَكُمْ سُوْۤءَ الْعَذَابِ وَيُذَبِّحُوْنَ اَبْنَاۤءَكُمْ وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَاۤءَكُمْ ۗوَفِيْ ذٰلِكُمْ بَلَاۤءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ ࣖ
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir’aun; mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, dan menyembelih anak-anakmu yang laki-laki, dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; pada yang demikian itu suatu cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (QS. Ibrahim: 6)
Pada saat yang sama Nabi Musa senantiasa berupaya melembutkan hati Fir’aun agar mengingat kepada Allah, sebagai Pencipta dan Pemelihara alam semesta.
Kaum Luth dan Hujan Batu
Kita juga mencatat dalam sejarah, kejahatan kaum Nabi Luth. Di mana para lelaki tidak memiliki hasrat kepada perempuan.
Perbuatan keji itu meluas hingga tak ada satu pun yang menghentikannya. Bahkan tamu Nabi Luth, malaikat yang menyamar sebagai manusia, pun terancam untuk dijadikan korban.
Nabi Luth pun sangat cemas dan khawatir akan keselamatan tamunya. Pada saat itulah, beliau memasrahkan urusannya kepada Allah.
Allah pun bertindak secara langsung dengan mengirim batu kepada seluruh pelaku homoseksual itu. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:
فَلَمَّا جَآءَ اَمۡرُنَا جَعَلۡنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَاَمۡطَرۡنَا عَلَيۡهَا حِجَارَةً مِّنۡ سِجِّيۡلٍۙ مَّنۡضُوۡدٍۙ
“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkir-balikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar.” (QS. Hud 11: Ayat 82)
Rasulullah tidak melaknat kaum yang membencinya, namun mendoakan untuk memperoleh hidayah-Nya:
Itulah yang membedakan dakwahnya para Nabi dan Rasul sebelum Rasulullah saw. Para pembenci langsung dilenyapkan Allah SWT. (*)