Kesalehan Ritual untuk Tiket ke Surga
Muhammad Roisuddin. foto: sekjen
UM Surabaya

*) Oleh: Muhammad Roisuddin M.Pd
Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim

Secara umum istilah saleh dapat dimaknai perbuatan baik berdasarkan ketentuan agama dalam berbagai dimensi seperti anak saleh, suami-istri saleh, dan orang-orang saleh.

Islam memaknai istilah kesalehan ritual berupa perbuatan yang dilakukan oleh Individu dalam rangka taqorrub Ilallah, mendekatkan diri kepada Allah (hablumminallah).

Adapun dalam tataran teknis, kesalehan ritual berupa amal kebaikan yang bersifat ritualitas, yakni menjalankan Ibadah baik mahdhah maupun ghairu mahdhah

Seseorang yang memiliki kesalehan ritual adalah mereka yang senantiasa menunaikan amal Ibadah berupa salat beserta sunah-sunahnya.

Ia akan berusaha istikamah sekuat tenaga untuk menunaikan Ibadah sedia yang diperintahkan oleh Allah SWT tanpa pernah tertinggal sedikit pun. Jika suatu waktu terlewatkan, maka ia merasa kecewa dan seperti ada sesuatu yang hilang.

Poin pentingnya adalah seseorang yang senantiasa istikamah dan mengutamakan haqqullah dan hablumminallah.

Suatu seorang sahabat bernama Robiah ditanya oleh Baginda Rasulullah Muhammad saw. “Wahai Robiah, apa yang engkau inginkan kelak di akhirat?

Robiah pun menjawab, ” Ya Rasulullah, aku hanya minta satu hal saja, yakni bisa masuk surga bersamamu wahai Rasulullah,” jawab Robiah.

Lalu Rasulullah bertanya lagi, apalagi yang engkau Inginkan wahai sahabat, lalu sahabat pun menjawab, “Tidak ada ya Rasulullah, hanya itu.”

Pertanyaan Rasulullah dijawab hingga tiga kali dan jawaban Robiah sama, yakni ingin masuk surga pertama kali bersama Rasulullah Muhammad saw.

Lalu Baginda Rasulullah pun berkata, “Baiklah jika itu yang engkau inginkan maka temanilah (ikutilah amalanku) untuk perbanyak bersujud,” ucap Rasulullah kepada Robiah.

Kata bersujud dalam hal ini para mufasir memaknai sebagai salat-salat Sunah yang terdiri sunah rawatib 12 rakaat dalam sehari semalam, baik sebelum maupun sesudah salat fardu.

Para ulama memaknai salah satu keutamaan salat sunah adalah bisa menutupi kekurangan salat wajib yang sempat terputus selama hidupnya. Hal ini sebagaimana
ditegaskan dalam hadis riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah r.a. berikut ini:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُم

“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab di hari kiamat adalah ibadah salat. Rabb kita berkata kepada para malaikat-Nya sementara Dia Maha Mengetahui: “Lihatlah salat hamba-Ku, apakah sempurna atau kurang?”

Jika salat wajibnya sempurna, maka dicatat baginya telah sempurna, dan bila kurang dari salat wajibnya itu, Allah berfirman: “Lihatlah, apakah hamba-Ku ini memiliki amal ibadah salat sunah?”

Apabila ia memiliki amal ibadah salat sunah, Allah berfirman: “Sempurnakanlah untuk hamba-Ku salatnya yang kurang dengan amal ibadah salat sunahnya itu.”

Kemudian diambillah amal-amal salat sunah itu untuk menyempurnakan amal ibadah salat wajib yang kurang.

Adapun salat sunah yang dimaksud adalah enis-jenis salat sunah rawatib yang mengiringi salat fardu:

Salat sunah qobliyah subuh (salat sunat fajar) dilakukan sebelum subuh 2 rakaat. Salat sunat qobliyah (sebelum) zuhur 4 rokaat, salat sunah ba’diyah (setelah) zuhur 2 rakaat,
salat sunah ba’diyah (setelah) maghrib 2 rakaat, dan salat sunah ba’diyah (setelah) isya 2 rakaat.

Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan An-Nasa’i:

مَنْ صَلَّى فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ

“Barang siapa sehari semalam mengerjakan salat 12 rakaat (sunah rawatib), akan dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu: 4 rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat setelah zuhur, 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat setelah isya dan 2 rakaat sebelum subuh.” (HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i).

Dibangunkan Rumah Di Surga

Allah SWT memberikan pahala yang besar dan mencukupkan (menggenapkan) kekurangan pahala bagi seseorang yang salat rawatib-nya ada kelemahan dan kekurangan.

Selain itu, Allah SWT juga menjanjikan membangunkan surga bagi mereka yang senantiasa menunaikan ibadah sunah rawatib sepanjang masa hidupnya.

Sebagaimana hadis sebagaimana hadis berikut ini:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ

“Barang siapa yang mengerjakan salat 12 rakaat (sunah rawatib) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muslim).

Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa mampu meningkatkan Kesalehan ritual dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu meraih derajat kemulaan surga Allah SWT bersama Rasulullah Muhammad saw. Wallahul musta’an. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini