Hargai Diri Sendiri
foto: beautynesia.id
UM Surabaya

*) Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri

Mengangkat sendok, meskipun ringan, lama-lama terasa berat, terutama tangan berasa pegal. Apa lagi bila berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Sama halnya dengan menuntut orang lain sempurna, atau melakukan hal yang seharusnya, saat tidak terpenuhi hati menjadi pegal.

Pegal, bisa bermakna capek, karena terus mengangkat harapan, dan tuntutan yang belum juga terwujud, akhirnya kecewa. Pegal hati karena memendam rasa kecewa.

Rasa kecewa itu, bohong kalau tidak mempengaruhi mimik muka, gestur tubuh, bahkan antusiasme dalam mengerjakan sesuatu.

Karena itu, orang yang memendam rasa kecewa lebih mudah merasa dikecewakan lagi. Sebab respons orang lain pun tidak antusias saat berinteraksi dengannya. Meski ini sering tak disadari.

Jadi, mau sampai kapan menuntut atau berharap orang lain berubah? Capek, kan?

Sudahlah, pilihlah untuk melepas tuntutan itu, melepas harapan itu. Menjadi ikhlas dengan ketentuan Allah, menerima dengan rida apa yang sudah dialami, serta memasrahkan kedamaian hati kepada-Nya.

Pada akhirnya, tak ada yang bisa kita kendalikan. Tak ada yang bisa kita harapkan, kecuali hanya bersandar kepada Allah Sang Pencipta.

Menerima kenyataan itu dengan ikhlas dan lapang dada, membuat hidup menjadi ringan dan hati bahagia. Apa yang kita alami, hakikatnya adalah takdir. Jadi pilihlah untuk ikhlas dan pasrah.

Karena itu dengan hati yang lapang dan bahagia, mudah bagi kita untuk beramal lebih baik, lebih banyak, dan lebih ikhlas. Benar?

Amal-amal inilah yang akan melesat ke masa depan, membentuk karpet merah, menyambut diri kita pada masa selanjutnya.

Menjadikan hidup kita semakin berharga, bahagia, dan penuh cinta. Sekali lagi, pilihlah bahagia. Waallahu a’lam bishshawab. Barakallahu fiikum. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini