Sanksi Tegas Terhadap Koruptor dalam Islam
Ruslan Fariadi. foto: ist
UM Surabaya

Dalam Islam, keadilan dan etika memiliki peran penting dalam membentuk perilaku individu dan masyarakat. Salah satu tindakan yang paling merusak adalah korupsi.

Ketua Divisi Fatwa dan Pengembangan Tuntunan Ruslan Fariadi menegaskan, Islam menyediakan sejumlah sanksi yang bertujuan untuk memperbaiki perilaku, mengingatkan akan konsekuensi akhirat, dan mengembalikan hak-hak yang telah dirampas.

“Salah satu sanksi yang diterapkan dalam Islam terhadap koruptor adalah ta’zir, hukuman yang bertujuan memberikan efek jera kepada terpidana agar tidak mengulangi kejahatannya,” ujarnya dalam Pengajian Tarjih pada Rabu (30/8/2023).

Kata dia, ta’zir dapat berupa hukuman fisik, penjara, atau tindakan lain yang sesuai dengan kejahatan yang dilakukan.

Tujuan utamanya adalah untuk mendidik pelaku agar memahami kesalahan mereka dan mencegah tindakan serupa di masa depan.

“Harus memberikan efek jera pada pelaku tindakan korupsi yang merugikan negara hingga miliaran rupiah. Kalau pencuri melon dihukum begitu tegas, harusnya pencuri miliaran dapat hukuman yang bisa buat mereka jera,” tegas Ruslan.

Selain itu, Islam mengajarkan bahwa koruptor akan menghadapi konsekuensi di akhirat. Alquran dalam surah Ali Imran ayat 161 mengingatkan tentang penghukuman yang akan menimpa mereka.

“Dan tidak ada yang berpikir bahwa orang-orang yang berlebih-lebihan itu akan bisa lolos dari siksaan Allah. Dan mereka akan mendapatkan azab yang pedih.”

Selain hukuman formal, koruptor juga akan menghadapi sanksi moral dan sosial. Masyarakat akan mengutuk tindakan mereka, dan nama mereka akan tercemar.

“Ini adalah bentuk hukuman yang kuat karena dapat mempengaruhi reputasi dan hubungan sosial koruptor,” cetus Ruslan.

Dalam Fikih Anti Korupsi disebutkan bahwa salah satu tindakan yang diharapkan dari koruptor adalah pengembalian harta hasil korupsi mereka. Islam mendorong mereka untuk memulihkan hak milik yang telah dirampas dari orang lain. Ini adalah langkah pertama menuju pemulihan dan pemulihan keadilan.

Terakhir, kata Rislan, Islam juga memberikan kesempatan untuk tobat dan pemaafan. Jika seorang koruptor benar-benar menyesal atas tindakannya, dia dapat bertobat kepada Allah dan meminta pengampunan. Islam mendorong orang untuk bertaubat dengan tulus dan berusaha memperbaiki diri.

Dalam rangka memerangi korupsi, sanksi dalam Islam bukan hanya tentang hukuman, tetapi juga tentang pembelajaran, perbaikan, dan pemulihan.

Tujuan akhirnya adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sesuai dengan ajaran agama Islam.

“Dalam Islam setidaknya ada tiga prinsip dasar dalam tatanan sosial, yaitu amanah, keadilan, dan amar ma’ruf nahi munkar,” tutur dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini.

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News (*/tim)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini