Perintah Islam Menjaga Laut dan Masalah Limbah Nuklir
UM Surabaya

*) Oleh: Fauzan Anwar Sandiah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْيُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُم ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Jamaah salat Jumat yang berbahagia

Puji syukur tak pernah putus dan lupa senantiasa kita sanjungkan kepada Allah Swt atas segala limpahan kasih sayang dan kerahmatan dalam kehidupan kita setiap hari di muka bumi ini. Tidak ada satu pun zat di dunia ini yang menjadi sandaran bagi seorang mukmin, kecuali Allah Swt. Bagi seorang muslim yang taat, hanya kepada Allah semata-mata kita menyerahkan hidup.

Selawat serta salam kita berikan kepada Nabi Muhammad Saw, teladan bagi kaum muslim dalam mengarungi kehidupan agar selamat di dunia dan di akhirat.

Jamaah salat Jumat yang mudah-mudahan diberkahi Allah

Islam adalah agama peradaban yang mengajarkan pemeluknya untuk meneguhkan posisinya sebagai pelindung dan penjaga bumi, tidak terbatas di daratan tapi juga lautan.

Laut atau al-bahr dalam Alquran  di antaranya disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 14, al-Furqon ayat 53, dan al-Jasiyah ayat 12.

Dalam setiap ayat-ayat tersebut, laut atau al-bahr adalah wujud kekuasaan dan kasih-sayang Allah Swt terhadap segenap makhluk hidup, termasuk manusia. Ayat-ayat tersebut juga secara langsung menekankan manfaat laut bagi peradaban umat manusia.

Melalui surat an-Nahl ayat 14 Allah SWT berfirman:

وَهُوَ ٱلَّذِى سَخَّرَ ٱلْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا۟ مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا۟ مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى ٱلْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging-daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”

Allah telah menghamparkan laut untuk memenuhi kebutuhan manusia. Laut adalah sumber pangan yang penting bagi manusia. Laut juga adalah sumber rezeki bagi manusia, dan dengan demikian maka kita diajarkan untuk bersyukur.

Anjuran untuk bersyukur dalam ayat ini diimplementasikan dengan mengagungkan asma-Nya baik secara lisan maupun perbuatan. Maka selain harus terucapkan bahwa laut adalah karunia Allah bagi manusia, kita juga harus menjaganya dari kerusakan sebagai implementasi atas rasa syukur tersebut.

Jamaah salat Jumat yang mudah-mudahan dirahmati Allah

Kita sebagai umat muslim di Indonesia telah dirahmati oleh Allah SWT dengan lautan yang sangat luas.

Lautan adalah kawasan krusial bagi jutaan penduduk muslim Indonesia yang berfungsi sebagai sumber ketahanan pangan yang bergizi tinggi dan sebagai tempat rezeki bagi banyak orang.

Lautan yang luas tersebut menjaga keanekaragaman hayati biota laut yang menjadi salah satu wujud kerahmatan Allah bagi penduduk Indonesia. Lebih dari 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 biota terumbu karang.

Maka, tidak heran jika Indonesia dijuluki sebagai negara dengan keanekaragaman hayati biota laut terbesar di dunia (marine mega-biodiversity).

Namun sungguh suatu bencana hebat di masa depan tidak akan tercegah lagi jika kita membiarkan pengerusakan laut atas dasar egoisme kita sebagai manusia.

Seolah-olah bahwa laut adalah tempat sampah bagi limbah yang dihasilkan untuk mendongkrak peradaban umat manusia yang kehilangan rasa syukur atas arti penting laut.

Telah kita ketahui bersama melalui pemberitaan media belakangan ini bahwa Jepang sudah mulai membuang secara bertahap 1 juta ton air limbah radioaktif dari PLTN non-aktif Fukushima ke Samudera Pasifik pada tanggal 24 Agustus 2023 pukul 13.00 waktu setempat (BBC News Indonesia).

Tahap pembuangan ini akan terus berlangsung hingga tahun 2051 menggunakan sistem filterisasi bernama Advance Liquid Processing System (ALPS).

Air limbah tersebut sebelumnya digunakan sebagai pendingin reaktor radioaktif PLTN Fukushima Daiichi yang pada 2011 lalu dihantam tsunami. Penduduk setempat dan juga negara tetangga telah mengajukan protes terkait kebijakan tersebut. Pemerintah Indonesia belum memiliki sikap.

Dalam pandangan Islam, keputusan untuk membuang limbah air pendingin yang masih mengandung zat radioaktif bernama Tritium, isotop alami yang diperoleh dari hidrogen adalah termasuk perbuatan merusak alam.

Sebagaimana ditegaskan dalam surat Ar-Ruum ayat 41 Allah berfirman:

ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia agar Allah dapat menunjukkan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

Tampak sangat jelas bahwa dalam wawasan etika lingkungan Islam, kerusakan yang diperbuat oleh manusia tidak saja mencakup kawasan daratan, tapi juga laut.

Jelas pula bahwa pengrusakan ini sama sekali menjadi ancaman bagi peradaban manusia secara keseluruhan, dan merupakan wujud ketidakadilan antar-generasi.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ

Jama’ah salat Jum’at yang mudah-mudahan diberkahi Allah

Laut merupakan salah satu dari tanda-tanda keesaan Allah. Hal ini dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 164 yang berbunyi:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.

Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

Ayat ini menunjukkan bahwa laut adalah satu dari rangkaian tanda-tanda keberadaan Allah yang hanya dapat dicermati oleh orang-orang yang berakal. Eksistensi Allah berada dalam sifat kerahmatan yang terpancar dari karunia-karunia berupa hikmah penciptaan langit dan bumi; pergantian siang dan malam; bahtera yang berlayar di laut; air hujan; kesuburan bumi; keanekaragaman hayati dan biota laut; serta angin dan awan.

Mari kita teguhkan peran kita sebagai umat muslim yang berfungsi untuk menjaga kerahmatan yang telah Allah SWT limpahkan sebagai wujud tindakan nahi munkar yang sejalan dengan misi Islam Berkemajuan.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍوَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ

رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

(Naskah Khotbah Jumat ini juga dimuat di muhammadiyah.or.id)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini