Cobaan dan ujian merupakan salah satu cinta Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Sebagaimana hadis Nabi :
إنّ عِظَمَ الْجَزاءِ مَعَ الْبَلاءِ وإنّ اللهَ تعالى إذا أحَبّ قَوْماً إبْتَلاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فلَهُ الرِّضَا ومَنْ سَخِطَ فلَهُ السُّخْطُ
“Besarnya suatu pahala adalah bergantung dari besarnya ujian dari Allah. Dan sesungguhnya Allah swt. apabila mencintai suatu kaum, Allah menguji mereka.
Bila (dengan ujian tersebut) mereka rida, maka Allah pun memberikan keridaan-Nya. Dan siapa yang marah (tidak rida), maka Allah pun marah terhadapnya.”
Kasih sayang Allah kepada kita itu sangat besar. Hal itu dapat dibuktikan dengan nikmat sehat dan hidup yang kita jalani waktu ini.
Buah kerinduan adalah ujian. Allah memberikan kenikmatan dan kesusahan untuk menguji diri kita.
Syekh Ibnu ‘Athaillah As Sakandari berkata,
مَنْ لَمْ يُقْبِلْ عَلى اللهِ بِمُلاطَفاتِ الإحْسانِ قيدَ إلَيْهِ بِسَلاسِلِ الامْتِحانِ
“Siapa yang tidak mendekati Allah dengan pemberian-Nya yang sedikit maka akan uji kepada-Nya dengan banyak cobaan,” (Kitab Syarh al-Hikam)
Siapa yang tidak datang dan menghadap Allah waktu diberi nikmat, ia akan dibawa dan ditarik dengan banyak cobaan, kesusahan, dan kefakiran.
Ada dua hal yang menjadikan seorang manusia kembali pada Allah. Pertama, waktu ia bersyukur akan nikmat sehat, iman, Islam, serta rezeki yang diberikan Allah padanya.
Kedua, ketika ia diberi musibah dan cobaan atas penyakit, kesusahan, dan lain sebagainya yang mana hal tersebut menyadarkannya untuk memohon ampun serta untuk sebuah kebaikan atas dirinya.
Oleh sebab itu, sudah sepatutnya kita sebagai hamba Allah untuk selalu bersyukur atas segala nikmat dan berkat, serta senantiasa bersabar, ikhlas, dan rida akan ujian dan cobaan yang diberikan Allah pada kita. Sebab Allah ingin kita selalu dekat dengan-Nya, kembali pada-Nya. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News