Fitnah Itu Seperti Jalan Tak Berujung
Ilustrasi: fight13.com
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“Whoever lights the fire of slander, he himself will become the fuel”
(Barang siapa menyalakan api fitnah, maka dia sendiri yang akan menjadi bahan bakarnya)

Seperti kisah Maryam binti Imran, ibu nabi Isa yang dituduh sebagai wanita yang berbuat zina karena beliau mengandung anak padahal tidak menikah.

Berita kehamilan bagi orang yang punya suami adalah berita yang menggembirakan. Tetapi bagaimana halnya dengan Maryam, perempuan suci tetapi mengandung anak, kalau mereka kemudian curiga, menuduh Maryam sebagai wanita yang berbuat zina. Padahal Maryam adalah wanita suci dan ahli ibadah.

Allah SWT berfirman,

وَإِذْ قَالَتِ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرْيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصْطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلْعَٰلَمِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (QS.Ali -Imran : 42)

Tuduhan Maryam seorang melakukan zina itulah fitnah. Fitnah yang bisa mengguncang dan merusak kehidupan orang dampaknya lebih buruk dari yang kita duga.

Fitnah tidak sembuh oleh waktu. Karena fitnah adalah jalan tak berujung. Daya bunuhnya sampai sepanjang masa, bahkan sampai ke anak cucu korban.

Karena itu, Allah SWT menyatakan bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan. Allah SWT berfirman:

وَٱلْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ ٱلْقَتْلِ

“Fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan.” (QS. Al-Baqarah: 191)

Fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Karena orang yang dibunuh telah selesai deritanya sesaat setelah dia dibunuh.

Tapi orang yang difitnah sakitnya, deritanya akan terus ditanggung sepanjang hayat, semakin besar tersebar fitnah itu. Semakin besar pula derita yang harus ditanggung oleh korban fitnah. Karena itulah dosa fitnah hukumannya sangat berat.

عن أنس بن مالك رضي الله عنه مرفوعاً: «لما عُرِجَ بي مَرَرْتُ بقوم لهم أظْفَارٌ من نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُم فقلت: مَنْ هؤُلاءِ يا جِبْرِيل؟ قال: هؤلاء الذين يَأكُلُونَ لحُوم الناس، ويَقَعُون في أعْرَاضِهم!»

“Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah-wajah dan dada-dada mereka sendiri. Maka aku bertanya, “Siapakah mereka ya Jibril?”

Dia menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia (menggunjing) dan mereka menjatuhkan kehormatan-kehormatan manusia.” (Hadis hasan Diriwayatkan oleh Abu Daud No.4878,Dari Anas bin Mālik raḍiyallāhu ‘anhu secara marfū’)

Hadis ini merupakan gambaran tentang orang-orang yang gemar bergunjing demi menjatuhkan harga diri orang lain.

Di akhirat, mereka adalah orang yang akan mencakar-cakar wajahnya dan dada mereka. Bentuk ghibah saat ini tentu tidak hanya lewat percakapan secara langsung, tapi juga percakapan-percakapan melalui media sosial karena semakin luasnya media komunikasi.

Orang yang memfitnah, sering merasa tidak bersalah karena seolah-olah dia sedang mengatakan apa adanya, dan merasa melakukan yang semestinya. Padahal ia belum melakukan pembuktian dan belum melakukan cek kebenaran kejadiannya.

Oleh karena itu, kita harus berhati-hati terhadap fitnah, terhadap dosa fitnah. Cek dulu kebenarannya sebelum menyampaikan sesuatu. Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini