Razandinta Tafshiilaa Lubna, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ), menciptakan makanan alternatif bagi pengidap diabetes melitus bernama tempe himetan (kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah) yang telah dia kembangkan sejak 2018.
Karyanya itu masuk dalam kategori food and biotechnology, formulasi tempe himetan dab mendapat medali perak dalam ajang Indonesia Inventors Day (IID) 2023 yang digelar di Universitas Udayana, Bali, 16-19 September 2023.
Selain penghargaan itu, tempe himetan juga mendapat penghargaan di berbagai ajang internasional, misalnya medali emas dalam Internasional Science Invention Fair di Denpasar, medali perak dalam Internasional Young Scientist Innovation Exhibition di Mandarin Malaysia pada 2019.
Juga medali emas dalam Indonesian Invention and Innovation Promotion Association di Taman Mini Jakarta pada 2019 (Special Award from Malaysia), finalis dalam Science Project Award di UNS 2019, medali Perunggu dalam Thailand Inventor’s Day 2023, dan medali emas dalam WSEEC 2023 di Universitas Pancasila Jakarta, Best Poster Award IYSA Grand Award.
Menurut dosen pembimbing penelitian Razandinta di FKK UMJ, dr. Resna Murti Wibowo, Sp.PD., FINASIM, M.Kes., tempe himetan telah teruji di laboratorium sebagai makanan yang dapat menjadi obat herbal-alternatif.
Obat Herbal
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan manfaat tempe himetan dengan obat-obatan diabetes melitus.
Sebelumnya percobaan in vivo pada mencit atau tikus menunjukkan bahwa tempe himetan memiliki efek yang baik dan signifikan.
Kemudian penelitian berlanjut secara in sillico, diuji coba lagi dengan membandingkan senyawa protein yang terkandung dalam tempe himetan.
Pada 2023 penelitian dilakukan untuk membandingkan tempe dan akar bos yaitu obat yang sifatnya mengikat gula.
Biasanya pengidap diabetes melitus mengonsumsi obat ini secara langsung setelah makan. Dampaknya gula diikat oleh kandungan akar bos dan tidak masuk ke dalam darah, kemudian keluar melalui feses. Efek samping yang dihasilkan adalah flatus (kentut) yang sangat berbau.
“Ternyata pada saat cek secara in silico, tempe himetan ini memiliki efek yang hampir sama dan setara dengan akar bos. Maka kalau setara secara in silico, artinya kita dapat menggunakan tempe himetan sebagai pengganti akar bos. Tempe himetan menjadi obat. pengidap diabetes melitus tidak perlu makan akar bos, makan saja tempe himetan yang dari segi harga jauh lebih murah,” kata Resna.
“Artinya tempe bisa menjadi pengganti sitagliptin dan biayanya jauh lebih hemat. Makan tempe berefek pada perbaikan kadar gula darah,” tambah Resna yang merupakan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Herbal Medis Indonesia (PDHMI).
Berdasarkan hasil penelitian, Resna mengatakan bahwa tempe himetan ini dapat disebut sebagai obat herbal. Sebagaimana konsep obat herbal yaitu apa yang dimakan adalah obat dan obat adalah sesuatu yang dimakan. Maka Resna menyimpulkan tempe himetan sudah terbukti secara obat herbal.
Resna menjelaskan, penelitian ini dapat dilanjutkan untuk menguji kandungan anti kolesterol, anti kanker, dan sebagainya.
Selain menjadi makanan yang tergolong dalam struktur gizi, Tempe himetan ini juga sudah dapat dilakukan ekstraksi untuk menjadi obat dan menjadi alternatif obat diabetes melitus tipe 2 yang jauh lebih murah.
Resna menegaskan bahwa penyakit yang basis kerusakannya di pankreas ini memungkinkan juga disebabkan oleh kerusakan di organ lain seperti usus, lambung, otot, saraf maupun ginjal.
Dalam teori kedokteran dikenal dengan egregious eleven yaitu sebelas organ yang berperan penting dalam terjadinya hiperglikemia.
Oleh karenanya pengobatan pada pengidap diabetes melitus juga bersifat kompleks dan komprehensif dan dianjurkan untuk tidak berfokus pada obat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah emosi, pola makan, aktivitas.
Apabila hanya fokus pada obat, maka biaya pengobatan akan semakin mahal. “Jadi kita cari alternatif lain yang nyaman untuk pasien.
Intinya pasien diabetes melitus harus dibuat nyaman. Kita harus bersahabat pada pasien diabetes melitus. Salah satunya dengan makanan seperti tempe himetan ini yang jauh lebih murah dan mudah dikonsumsi,” ungkapnya.
Selain menjadi obat alternatif yang terjangkau, temuan Dinta juga berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat karena ketersediaan kacang yang sangat banyak di Indonesia dan manfaat yang luar biasa. Penelitian ini bahkan mendapat medali emas pada ajang WSEEC 2023 di Universitas Pancasila.
Penelitian ketiga pada 2023 dilakukan dengan membandingkan tempe himetan dengan obat golongan sitagliptin.
Obat tersebut digunakan pada pengidap diabetes melitus tipe 2 yang harganya cukup mahal.
Dinta melakukan penelitian secara in sillico dan menunjukkan bahwa tempe memiliki efek yang sama dengan sitagliptin. (afn/ded)