*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang
“Take advantage of every day as an opportunity to become a better Muslim.”
(Manfaatkan setiap hari sebagai kesempatan untuk menjadi muslim yang lebih baik)
Dalam pandangan Islam, gaya hidup dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni gaya hidup islami dan gaya hidup jahili.
Gaya hidup islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu tauhid. Inilah gaya hidup orang beriman.
Adapun gaya hidup jahili, landasannya bersifat relatif dan rapuh dengan nuansa kesyirikan, inilah gaya hidup orang kafir.
Setiap individu muslim sudah menjadi keharusan baginya untuk memilih gaya hidup islami dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt:
قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Qs. Yusuf:108)
Berdasarkan ayat tersebut, jelaslah bahwa bergaya hidup islami hukumnya wajib bagi setiap muslim, dan gaya hidup jahili adalah haram hukumnya.
Hanya saja dalam kenyataannya justru membuat kita sangat prihatin. Sebab justru gaya hidup jahili yang diharamkan itulah yang mendominasi sebagian besar gaya hidup umat Islam.
Fénoména ini persis seperti yang pernah disinyalir oleh Rasulullah. Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.”
Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?”
Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (Hadis sahih diriwayatkan oleh Bukhari No.7319)
Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.”
Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (Hadis sahih diriwayatkan oleh muslim No. 2669
Hadis tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan jati diri sebagai muslim karena jiwa mereka ter-shibghoh oleh jenis kepribadian yang lain.
Jadi tidak ada kehilangan yang layak ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup islami.
Sebab, apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau jati diri tak lagi islami malah justru mirip gaya hidup orang kafir. Semoga bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News