Mengendalikan Amarah dan Mudah Memberi Maaf
foto: istockphoto
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“If you have a problem, don’t face it with anger.”
(Jika kamu memiliki permasalahan, janganlah menghadapinya dengan amarah)

Marah merupakan kondisi seseorang saat emosinya meluap-luap dan kondisi jiwanya tidak tenang.

Marah bisa terjadi karena seseorang merasa tersinggung, dihina, atau karena gagal melakukan sesuatu.

Rasa marah bisa ditunjukkan kepada orang lain atau diri sendiri. Bila marah terhadap diri sendiri akibatnya merasa minder.

Meski begitu marah boleh saja diungkapkan asal di tempat yang benar, marah merupakan bagian dari ekspresi seseorang namun tetap harus ada input positif dan tidak agresif.

Dalam Alquran, Allah SWT juga menyinggung tentang marah, sebagaimana firman-Nya berikut:

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ.
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.

Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran: 133-134)

Dalam ayat di atas, Allah SWT menerangkan bahwa salah satu ciri orang bertaqwa yang akan dimasukkan ke dalam surga ialah orang yang bisa menahan amarahnya dan memaafkan orang lain. Dalam surat yang lain Allah SWT berfirman:

فَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَىْءٍ فَمَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ.
وَٱلَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلْإِثْمِ وَٱلْفَوَٰحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا۟ هُمْ يَغْفِرُونَ

“Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia, dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal.

Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy-Syuura: 36-37)

Sedangkan dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Dia akan memberikan kenikmatan hidup kepada orang-orang yang beriman, menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, serta orang yang mau memberi maaf ketika marah.

Dari Mu’adz berkata bahwa Rasulullah saw:

مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَفِّذهُ دَعَأهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُوْرِ مَا شَاءَ

“Barang siapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (Hadis Hasan Abu Daud No. 4777)

Hadits di atas menjelaskan tentang balasan orang yang mampu menahan marah, yaitu akan memperoleh dan bebas memilih bidadari pada hari kiamat kelak.

Dari beberapa dalil tersebut, tidak ada perintah yang melarang untuk marah, tetapi Allah SWT dan Rasullullah saw hanya memerintahkan untuk menahan marah. Sebab pada dasarnya, marah merupakan sifat fitrah yang dimiliki oleh semua makhluk hidup.

Hanya saja seseorang harus mampu mengendalikan sifat marah tersebut. Oleh karena itu Allah SWT sangat menghargai orang yang mampu menahan marah dan memberikan maaf kepada orang lain. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini